Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah China tengah menyusun rezim perizinan baru untuk ekspor logam tanah jarang (rare earth) yang diharapkan dapat mempercepat proses pengiriman.
Namun, langkah ini dinilai belum akan menjadi pencabutan penuh atas pembatasan ekspor seperti yang diharapkan oleh Washington, menurut sejumlah sumber industri.
Dua sumber yang mengetahui pembahasan tersebut mengatakan bahwa Kementerian Perdagangan China (MOFCOM) telah memberi tahu beberapa eksportir logam tanah jarang bahwa mereka nantinya dapat mengajukan izin baru yang lebih sederhana, dengan dokumen pendukung yang akan diatur secara rinci.
Langkah ini muncul di tengah upaya China menyeimbangkan kebijakan industri strategisnya dengan tekanan diplomatik dari Amerika Serikat, menyusul kesepakatan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping untuk menenangkan ketegangan dagang kedua negara.
Sumber Daya Strategis dan Pengaruh Geopolitik
Logam tanah jarang menjadi senjata dagang paling kuat Beijing dalam persaingannya dengan Washington.
Baca Juga: AS Larang Nvidia Jual Chip AI Versi Terbaru ke China, Beijing Respons Begini
China memproduksi lebih dari 90% pasokan global logam tanah jarang yang telah diproses, serta magnet berbasis logam tanah jarang yang penting bagi berbagai industri — mulai dari kendaraan listrik dan turbin angin hingga sistem rudal dan teknologi pertahanan.
China mengumumkan pekan lalu bahwa pihaknya akan menangguhkan pembatasan ekspor selama satu tahun, menyusul pertemuan bilateral tingkat tinggi antara kedua presiden.
Namun, Kementerian Perdagangan China belum memberikan pernyataan resmi terkait aturan pengendalian ekspor yang lebih luas yang diberlakukan sejak April lalu dan sempat mengganggu rantai pasok global.
Sementara itu, Gedung Putih menyebut langkah China memperkenalkan “lisensi umum” (general licenses) sebagai tanda berakhirnya pembatasan ekspor logam tanah jarang secara de facto.
Namun, sejumlah pejabat China yang terlibat dalam pembahasan internal menegaskan bahwa proses perizinan masih dikembangkan, dan implementasinya mungkin memakan waktu beberapa bulan. Beberapa pelaku industri mengatakan izin baru tidak berarti pencabutan penuh kontrol ekspor yang diberlakukan sejak April.
Masa Berlaku Setahun, Volume Ekspor Lebih Besar
Menurut dua sumber industri, lisensi baru tersebut akan berlaku selama satu tahun dan kemungkinan memungkinkan volume ekspor yang lebih besar dibandingkan aturan sebelumnya.
Perusahaan saat ini tengah menyiapkan dokumen permohonan, yang disebut akan mewajibkan informasi lebih rinci dari para pelanggan di luar negeri.
Meski begitu, sejumlah perusahaan logam tanah jarang di China mengaku belum menerima pemberitahuan resmi mengenai perubahan ini. Para pelaku industri memperkirakan kejelasan lebih lanjut akan muncul sebelum akhir tahun.
Baca Juga: China Terbitkan Obligasi Global US$4 Miliar Usai Ketegangan Dagang dengan AS Mereda
Beberapa sumber juga menyebut bahwa lisensi umum akan lebih sulit diperoleh bagi pengguna yang terkait dengan sektor pertahanan atau teknologi sensitif, sejalan dengan kebijakan keamanan nasional Beijing.
Aturan April Masih Berlaku Ketat
Regulasi ekspor logam tanah jarang yang diperkenalkan pada April lalu — dan diperluas pada Oktober — mewajibkan eksportir mengajukan izin untuk setiap pengiriman, sebuah proses yang dinilai rumit dan memakan waktu lama. Banyak pelanggan internasional mengeluhkan hambatan birokrasi tersebut.
Pembatasan itu sempat menyebabkan kekurangan pasokan global pada Mei, yang bahkan menghentikan sebagian produksi di industri otomotif Eropa dan Jepang.
Sejak April, dari sekitar 2.000 aplikasi lisensi ekspor yang diajukan oleh perusahaan-perusahaan Uni Eropa, hanya sekitar setengahnya yang disetujui, menurut data industri.
Kementerian Perdagangan China tidak segera memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari Reuters mengenai kebijakan terbaru ini.













