kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.398.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.722   -23,00   -0,14%
  • IDX 8.382   9,84   0,12%
  • KOMPAS100 1.160   2,62   0,23%
  • LQ45 844   2,75   0,33%
  • ISSI 294   1,07   0,37%
  • IDX30 443   1,41   0,32%
  • IDXHIDIV20 508   0,13   0,03%
  • IDX80 131   0,32   0,25%
  • IDXV30 136   -1,00   -0,73%
  • IDXQ30 140   0,30   0,21%

China Ultimatum Jepang: Sentuh Taiwan, Siap-Siap Diserang Balik!


Jumat, 14 November 2025 / 06:11 WIB
China Ultimatum Jepang: Sentuh Taiwan, Siap-Siap Diserang Balik!
ILUSTRASI. Beijing berjanji akan melakukan serangan balik jika Jepang menggunakan kekuatan militer di Selat Taiwan. REUTERS/Dado Ruvic


Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Beijing berjanji akan melakukan serangan balik jika Jepang menggunakan kekuatan militer di Selat Taiwan.

Mengutip South China Morning Post, Beijing memperingatkan bahwa keterlibatan militer Jepang di Selat Taiwan akan dianggap sebagai “tindakan agresi” dan berjanji untuk membalas, menandai babak terbaru dalam perselisihan diplomatik terkait pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, mengenai Taiwan.

Kementerian Luar Negeri China menyampaikan pernyataan tersebut pada Kamis, hanya beberapa hari setelah Beijing melayangkan protes atas pernyataan Takaichi minggu lalu bahwa Jepang dapat mengerahkan militernya jika terjadi konflik lintas selat.

“Jika Jepang berani menggunakan kekuatan militer untuk campur tangan di Selat Taiwan, itu akan menjadi tindakan agresi, dan China akan membalas dengan keras,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian.

“Kami akan secara tegas menjalankan hak bela diri yang dijamin oleh Piagam PBB dan hukum internasional, serta dengan teguh mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas wilayah kami,” tambahnya.

Beijing memandang Taiwan sebagai bagian dari China yang harus dipersatukan kembali, jika perlu dengan kekuatan militer. Sebagian besar negara, termasuk Jepang dan Amerika Serikat, tidak mengakui Taiwan sebagai negara berdaulat, tetapi Washington menolak segala upaya untuk mengambil alih pulau berpemerintahan sendiri itu dengan paksa, dan berkomitmen memasok senjata kepada Taiwan.

Baca Juga: China Desak PM Jepang Tarik Ucapan Soal Taiwan, Ketegangan Diplomatik Memanas

Takaichi menyampaikan kepada parlemen Jepang pekan lalu bahwa penggunaan kekuatan militer di Selat Taiwan dapat dipandang sebagai “situasi yang mengancam kelangsungan hidup” bagi Jepang.

Di bawah undang-undang keamanan 2015 negara tersebut, “situasi yang mengancam kelangsungan hidup” berarti serangan bersenjata terhadap sekutu Tokyo dipandang sebagai ancaman eksistensial bagi Jepang, sehingga memungkinkan Jepang mengerahkan pasukan bela dirinya.

Takaichi kemudian meluruskan bahwa pernyataannya hanya bersifat “hipotetis” dan ia akan menahan diri dari membuat komentar serupa di masa depan. Namun ia menolak untuk mencabut pernyataannya.

Baca Juga: Ekonomi Taiwan Diproyeksi Tumbuh Hampir 6% Tahun Ini Berkat Lonjakan Sektor AI

“China dengan tegas menentang hal ini dan tidak akan mentoleransinya. Jepang harus segera memperbaiki diri dan menarik kembali pernyataan bermusuhan tersebut. Jika tidak, Jepang harus menanggung semua konsekuensinya,” kata Lin.

“Dalam sejarah militeristiknya, Jepang berulang kali melancarkan agresi luar negeri dengan dalih krisis eksistensial, termasuk memicu perang agresi melawan China dengan kedok menjalankan hak bela diri,” lanjutnya.

“Sekarang Perdana Menteri Sanae Takaichi kembali mengangkat skenario krisis eksistensial, apa maksudnya? Apakah ia ingin mengulang jalan militerisme masa lalu? Apakah ia berniat memusuhi kembali rakyat China dan masyarakat Asia? Apakah ia berupaya membalikkan tatanan internasional pascaperang?”

Tahun ini menandai peringatan ke-80 kemenangan China atas Jepang dalam Perang Dunia II dan penyerahan kedaulatan Jepang atas Taiwan.

Tonton: Taiwan Larang Konsumsi Indomie Soto Banjar Lantaran Mengandung Etilen Oksida

Lin menegaskan kembali bahwa isu Taiwan “tidak boleh dicampuri kekuatan eksternal mana pun”, dan setiap upaya intervensi merupakan provokasi terbuka terhadap tatanan internasional pascaperang dan dapat merusak hubungan bilateral China-Jepang.

“Jangan bermain api dalam isu Taiwan — mereka yang bermain api akan terbakar,” ujarnya.

Kesimpulan 

Ketegangan diplomatik China–Jepang kembali meningkat setelah Beijing memperingatkan bahwa setiap intervensi militer Jepang di Selat Taiwan akan dianggap sebagai agresi yang memicu serangan balasan. Pernyataan keras ini berangkat dari komentar PM Sanae Takaichi yang membuka kemungkinan pengerahan militer jika konflik lintas selat mengancam eksistensi Jepang. China menilai sikap tersebut sebagai sinyal kembalinya retorika militeristik Jepang, sekaligus ancaman terhadap tatanan pascaperang, sehingga menegaskan bahwa isu Taiwan adalah garis merah yang tidak boleh disentuh kekuatan eksternal.

Selanjutnya: Yuk, Serbu Sushi Delivery Promo dari Genki Sushi Diskon Rp 35.000 Via GrabFood

Menarik Dibaca: Yuk, Serbu Sushi Delivery Promo dari Genki Sushi Diskon Rp 35.000 Via GrabFood




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×