Sumber: The Star | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Beberapa mata uang regional mengalami lonjakan permintaan dari pembeli asal Malaysia menyusul penguatan tajam nilai ringgit.
Akibatnya, bisnis penukaran uang semakin ramai karena masyarakat memanfaatkan kurs yang lebih murah.
Melansir The Star, Presiden Asosiasi Layanan Penukaran Uang Malaysia, Datuk Seri Jajakhan Kader Gani mengatakan mata uang yang paling dicari saat ini adalah yen Jepang, yuan China, baht Thailand, dong Vietnam, dan rupiah Indonesia.
Ia mengatakan mayoritas pembeli adalah wisatawan.
“Para penukar uang melaporkan kenaikan volume transaksi sekitar 20%. Bahkan jika mereka belum memiliki rencana menggunakan dalam waktu dekat, mereka tetap membeli dan menyimpan mata uang asing selama ringgit sedang kuat,” ujarnya.
Jajakhan menambahkan, tren ini kemungkinan berlanjut selama ringgit tetap kuat selama musim liburan.
“Manajemen likuiditas adalah praktik standar. Sebagian besar penukar uang menyimpan sekitar 70% dalam bentuk valuta asing dan 30% dalam bentuk ringgit, tergantung kondisi pasar dan permintaan pelanggan,” jelas Jajakhan.
Ia menambahkan bahwa salah satu pusat perbelanjaan populer di Kuala Lumpur biasanya menerima sekitar 3.000 pelanggan per hari, dan sejak pengumuman Perdana Menteri, jumlah itu meningkat sekitar 10% hingga 20%.
Baca Juga: Won Korea dan Ringgit Malaysia Melemah Paling Dalam di antara Mata Uang Asia
Baru-baru ini dalam sidang Dewan Rakyat, Perdana Menteri sekaligus Menteri Keuangan Datuk Seri Anwar Ibrahim mengatakan ringgit — yang diperdagangkan pada RM4,16 per dolar AS — kini menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia.
Pernyataan itu ia sampaikan saat anggota parlemen Sri Gading, Aminolhuda Hassan, meminta pemerintah menjelaskan efektivitas Kebijakan Ekonomi Madani, termasuk langkah dan rencana lanjutan agar tujuan kebijakan dapat tercapai.
Sementara itu di Penang, penguatan ringgit terhadap mata uang utama memicu lonjakan pembelian valuta asing, terutama dolar AS, baht Thailand, dan yen Jepang.
Presiden Asosiasi Penukar Uang dan Perhiasan Muslim Penang, Datuk Anvar Hussain Rahumatullah mengatakan bisnis penukaran uang di kawasan heritage kembali ramai karena warga berbondong-bondong membeli mata uang asing.
“Dengan ringgit yang menguat terhadap dolar AS, banyak warga membeli dolar saat harganya turun, diikuti baht Thailand dan yen Jepang yang juga melemah terhadap ringgit. Kami memperkirakan tren ini berlanjut karena masyarakat ingin memanfaatkan momentum penguatan ringgit—sesuatu yang sudah lama tidak terjadi,” ujarnya.
Baca Juga: Ringgit Malaysia Menguat Rabu (12/11) Pagi, Mata Uang Asia Lain Melemah Tipis
Ia mengatakan peminat datang dari berbagai kelompok, mulai dari wisatawan, pensiunan, hingga pedagang kecil yang melakukan pembayaran dalam dolar.
“Banyak keluarga yang mempersiapkan liburan akhir tahun. Beberapa pedagang yang biasanya membeli dalam jumlah kecil pun kini membeli lebih banyak sebagai cadangan,” ujarnya.
Meski penguatan ringgit meningkatkan optimisme, Anvar mengingatkan masyarakat bahwa pergerakan mata uang global dapat berubah cepat.
“Pasar valuta asing masih sensitif terhadap ekspektasi suku bunga dan kondisi geopolitik. Fase menguntungkan ini mungkin tidak berlangsung selamanya,” katanya.
Ia juga mengingatkan publik agar hanya bertransaksi melalui operator resmi.
“Hanya di George Town saja ada puluhan penukar uang berlisensi, terutama di kawasan heritage. Bandingkan kurs, cek papan harga, dan pastikan aman,” sarannya.
Hasil pantauan di sejumlah gerai penukaran uang sepanjang Pitt Street dan area sekitarnya menunjukkan arus stabil masyarakat yang menukar ringgit ke valuta asing, meski belum terlihat antrean panjang ataupun panic buying.
Pemilik gerai, A. Kareem Abdullah mengatakan situasi ini membuat konsumen lebih percaya diri.
Tonton: RI dan Malaysia Saling Klaim Durian Sebagai Buah Nasional
“Biasanya orang membeli sedikit dolar AS, baht, yen, dan mungkin dolar Singapura. Tapi minggu ini permintaan condong kuat ke dolar AS,” ujarnya.
Operator lain, Mohd Farid Shahul Hameed, mengatakan konsumen muda lebih aktif memantau pergerakan kurs.
“Generasi milenial dan keluarga muda datang dengan screenshot kurs terbaru. Begitu mereka melihat ringgit menguat beberapa hari berturut-turut, mereka langsung membeli dan mengunci uang liburan,” katanya.
Kesimpulan
Penguatan ringgit Malaysia memicu lonjakan permintaan valuta asing, terutama dolar AS, yen Jepang, baht Thailand, dong Vietnam, yuan China, dan rupiah Indonesia. Masyarakat memanfaatkan momentum ini baik untuk persiapan liburan maupun penyimpanan jangka pendek sebagai strategi finansial. Volume transaksi penukaran mata uang meningkat hingga 20% di berbagai wilayah seperti Kuala Lumpur dan Penang, sementara pelaku usaha memperingatkan bahwa volatilitas global dapat mengubah tren sewaktu-waktu sehingga masyarakat perlu tetap berhati-hati dan melakukan transaksi melalui operator resmi.













