kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.284.000   34.000   1,51%
  • USD/IDR 16.581   -44,00   -0,26%
  • IDX 8.193   52,91   0,65%
  • KOMPAS100 1.123   7,37   0,66%
  • LQ45 790   7,33   0,94%
  • ISSI 289   2,08   0,73%
  • IDX30 415   4,03   0,98%
  • IDXHIDIV20 466   2,88   0,62%
  • IDX80 124   1,01   0,82%
  • IDXV30 134   1,06   0,79%
  • IDXQ30 129   0,76   0,59%

Dua Tahun Setelah Serangan 7 Oktober, Harapan Perdamaian Gaza Kembali Menguat


Selasa, 07 Oktober 2025 / 08:30 WIB
Dua Tahun Setelah Serangan 7 Oktober, Harapan Perdamaian Gaza Kembali Menguat
ILUSTRASI. An Israeli tank maneuvers in Gaza, as seen from the Israeli side of the border, July 6, 2025. REUTERS/Amir Cohen


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - SHARM EL-SHEIKH, Mesir. Delegasi Israel dan Hamas memulai hari pertama perundingan tidak langsung di Mesir pada Senin (6/10/2025) untuk membahas rencana Presiden AS Donald Trump menghentikan perang di Gaza.

Kedua pihak berusaha menjembatani perbedaan pandangan terkait isu sensitif seperti penarikan pasukan Israel dan pelucutan senjata Hamas.

Baik Israel maupun Hamas telah menyatakan dukungan terhadap prinsip umum dalam rencana Trump, yang mencakup penghentian pertempuran, pembebasan sandera, dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Baca Juga: Israel Deportasi Greta Thunberg dan 170 Aktivis dari Armada Bantuan Gaza

Rencana tersebut juga mendapat dukungan dari sejumlah negara Arab dan Barat.

Washington menyebut inisiatif ini sebagai upaya paling mendekati kesepakatan damai sejak konflik dua tahun terakhir pecah.

Trump, yang menempatkan dirinya sebagai sosok kunci perdamaian Gaza, menegaskan optimisme terhadap hasil negosiasi.

“Saya sungguh yakin kita akan mencapai kesepakatan, dan itu akan menjadi perdamaian yang bertahan lama,” ujar Trump di Gedung Putih, Senin.

Meski begitu, kedua pihak masih mencari kejelasan atas sejumlah poin penting yang berpotensi menggagalkan kesepakatan, seperti yang pernah terjadi pada upaya-upaya sebelumnya.

Baca Juga: Malaysia Pakai KTT ASEAN untuk Gencatan Senjata Gaza, Kata Anwar

Trump mendesak Israel untuk menangguhkan serangan udara selama pembicaraan berlangsung.

Warga Gaza melaporkan serangan Israel telah berkurang, meski belum sepenuhnya berhenti.

Menurut otoritas kesehatan Gaza, 19 orang tewas dalam 24 jam terakhir sekitar sepertiga dari rata-rata harian dalam beberapa pekan terakhir.

Fokus pada Pembebasan Sandera

Perundingan yang berlangsung di resor Laut Merah, Sharm El-Sheikh, turut dihadiri mediator dari Mesir, Amerika Serikat, dan Qatar.

Sumber Palestina yang dekat dengan negosiasi mengatakan, sesi pertama berakhir Senin malam dan akan dilanjutkan pada Selasa.

Baca Juga: Turki Pulangkan 137 Aktivis Flotilla Gaza yang Ditahan Israel

Hamas memaparkan posisinya terkait pembebasan sandera serta tahapan dan jangka waktu penarikan pasukan Israel.

Kelompok itu juga menuntut jaminan atas gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah Gaza.

Namun, ledakan dan serangan udara masih terdengar di Gaza City pada malam hari, menandakan operasi militer Israel belum sepenuhnya berhenti.

Perundingan ini berlangsung menjelang peringatan dua tahun serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menculik 251 sandera hari paling mematikan bagi warga Yahudi sejak Holocaust.

Sebagai balasan, kampanye militer Israel telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina dan membuat sebagian besar dari 2,2 juta penduduk Gaza kehilangan tempat tinggal.

Baca Juga: Israel Hentikan 13 Kapal Bantuan ke Gaza, Bagaimana Nasib Aktivis Greta Thunberg?

Rencana Penarikan Bertahap

Seorang pejabat keamanan Israel menyebut pembicaraan awal akan fokus pada pembebasan sandera, sementara Israel bersiap menarik pasukan hingga ke “garis kuning”, zona penyangga strategis di bawah rencana Trump.

Penarikan lebih lanjut baru akan dilakukan bila Hamas memenuhi sejumlah syarat keamanan.

Sementara itu, warga Gaza menyebut gencatan senjata sebagai harapan terakhir untuk bertahan hidup.

“Jika ada kesepakatan, kami bisa selamat. Jika tidak, itu sama saja seperti dijatuhi hukuman mati,” ujar Gharam Mohammad (20), pengungsi di Gaza tengah.

Di Israel, desakan untuk mengakhiri perang semakin kuat, terutama dari keluarga sandera.

Namun, kelompok sayap kanan dalam kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak penghentian pertempuran.

Baca Juga: Serangan Israel Tewaskan 23 Warga Gaza, Rencana Gencatan Senjata Terancam Gagal

Delegasi dan Isu Sensitif

Delegasi Israel mencakup pejabat Mossad, Shin Bet, dan Koordinator Sandera Gal Hirsch, sementara Menteri Urusan Strategis Ron Dermer dijadwalkan bergabung akhir pekan ini.

Delegasi Hamas dipimpin Khalil Al-Hayya, pemimpin senior yang kini bermukim di Doha. Dari pihak AS, hadir utusan khusus Steve Witkoff dan penasihat senior Jared Kushner, menantu Trump.

Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyebut pihak-pihak terkait tengah “menyinkronkan daftar sandera Israel dan tahanan politik Palestina” yang akan dibebaskan.

Salah satu isu paling krusial adalah tuntutan agar Hamas melucuti senjata, sebagaimana tercantum dalam rencana Trump.

Baca Juga: Tony Blair Kembali Muncul dalam Rencana Perdamaian Gaza yang Dipimpin Trump

Namun, sumber Hamas menegaskan pihaknya tidak akan menyerahkan senjata selama Israel masih menduduki wilayah Palestina dan belum terbentuk negara Palestina merdeka.

Dalam pernyataannya memperingati 7 Oktober, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan rencana Trump “memberi peluang yang harus dimanfaatkan untuk mengakhiri konflik tragis ini.”

Selanjutnya: Klik Karir.bpkh.go.id, BPKH Buka Pendaftaran Rekrutmen untuk Lulusan S1, 13 Okt Tutup

Menarik Dibaca: 5 Tanaman Semak yang Bikin Halaman Berwarna di Bulan Oktober




TERBARU

[X]
×