kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.589.000   13.000   0,50%
  • USD/IDR 16.770   -8,00   -0,05%
  • IDX 8.538   -46,87   -0,55%
  • KOMPAS100 1.181   -4,39   -0,37%
  • LQ45 845   -3,52   -0,41%
  • ISSI 305   -2,17   -0,71%
  • IDX30 436   -0,64   -0,15%
  • IDXHIDIV20 511   0,73   0,14%
  • IDX80 132   -0,80   -0,61%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 140   0,34   0,25%

Ekspor Beras Thailand Diperkirakan Turun 12,5% Jadi 7 Juta Ton pada 2026


Jumat, 26 Desember 2025 / 13:34 WIB
Ekspor Beras Thailand Diperkirakan Turun 12,5% Jadi 7 Juta Ton pada 2026
ILUSTRASI. Kementerian Perdagangan Thailand mengungkapkan, ekspor beras Thailand diproyeksikan turun menjadi 7 juta metrik ton Tahun 2026.(KONTAN/Fenie Chintya)


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Kementerian Perdagangan Thailand mengungkapkan, ekspor beras Thailand diproyeksikan turun menjadi 7 juta metrik ton Tahun 2026. Sebagai gambaran, tahun ini ekspor beras Thailand diperkirakan akan meningkat hingga 8 juta ton. Penguatan baht Thailand dan pasokan beras India membuat persaingan ekspor beras semakin ketat.

Baht telah menguat 10,5% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini, menjadikannya mata uang berkinerja terbaik kedua di Asia. Nilainya telah mencapai level tertinggi terhadap dolar AS dalam lebih dari empat tahun.

Penguatan baht telah menambah masalah di Thailand, yang telah berjuang menghadapi berbagai tantangan tahun ini, termasuk tarif AS, utang rumah tangga yang tinggi, konflik perbatasan dengan Kamboja, dan ketidakpastian politik menjelang pemilihan umum pada awal Februari.

Baca Juga: Ekspor Thailand di November Naik 7,1%, Di Bawah Perkiraan Ekonom

Pemerintah berikutnya perlu mengatasi penurunan harga beras bagi petani, yang awal tahun ini menuntut dukungan yang lebih baik untuk mengatasi masalah tersebut.

Ekspor beras Thailand tahun depan diperkirakan akan menurun karena kesulitan bersaing dalam hal harga, kata Arada Fuangtong, kepala departemen perdagangan luar negeri, dalam konferensi pers seperti dilansir Reuters, Jumat (26/12/2025).

"Jika baht terus melemah, ini akan menjadi tantangan besar bagi produk pertanian Thailand," katanya, menambahkan bahwa mata uang tersebut 10%-20% lebih kuat daripada para pesaingnya.

"Baht seharusnya kompetitif dan stabil," tambahnya.

Arada mengatakan kesepakatan untuk menjual 500.000 ton beras ke China diperkirakan akan berlanjut, didukung oleh hubungan bilateral yang kuat.

Bulan lalu, Thailand setuju untuk menjual hingga 100.000 ton beras ke Singapura selama periode lima tahun.

Baca Juga: Thailand dan Kamboja Gelar Pertemuan Militer untuk Hentikan Kekerasan di Perbatasan

Pada tahun 2025, pengiriman beras diproyeksikan mencapai 7,88 juta hingga 8 juta ton, melampaui target 7,5 juta ton, dibantu oleh permintaan akhir tahun yang kuat, kata Arada.

Namun volume tersebut masih akan berada di bawah hampir 10 juta ton yang tercatat tahun lalu, ketika Thailand menjadi eksportir beras terbesar kedua di dunia setelah India.

Dalam 11 bulan pertama tahun 2025, ekspor beras turun 21% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 7,3 juta ton, dengan nilai turun 30,3%.

Penurunan tersebut disebabkan oleh produksi yang melimpah, pelepasan stok beras dalam jumlah besar oleh India, dan penangguhan impor beras oleh Filipina, kata Arada, menambahkan bahwa nilai ekspor terpukul oleh penurunan harga dan penguatan mata uang.

"Nilai tukar baht yang kuat terus menciptakan masalah bagi ekspor beras," katanya.

Selanjutnya: Penyuntikan LPG Subsidi Terjadi Lagi, Kali Ini di Jakarta Timur dan Depok

Menarik Dibaca: Rahasia Memilih Warna Rumah agar Lebih Nyaman dan Penuh Aura Positif




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×