kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Filipina Desak China Hindari Tindakan Berbahaya di Laut China Selatan


Kamis, 20 Juni 2024 / 08:00 WIB
Filipina Desak China Hindari Tindakan Berbahaya di Laut China Selatan
ILUSTRASI. Pada Rabu (19/6/2024), Filipina mendesak China untuk menghindari tindakan yang membahayakan pelaut dan kapal di Laut China Selatan.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

“Langkah-langkah penegakan hukum... profesional dan terkendali, bertujuan menghentikan penangkapan ikan ilegal oleh kapal-kapal Filipina, dan tidak ada tindakan langsung yang diambil terhadap personel Filipina,” kata juru bicara kementerian Lin Jian.

Meskipun Filipina berulang kali mengklaim mengangkut kebutuhan sehari-hari, mereka telah lama menyelundupkan bahan bangunan dan bahkan senjata serta amunisi dalam upaya menduduki Renai Reef, kata Lin dalam konferensi pers rutin.

China menyebut Second Thomas Shoal sebagai Renai Reef, sedangkan Manila menyebutnya Ayungin.

Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat mengecam tindakan Tiongkok, yang terjadi ketika peraturan penjaga pantai baru Beijing yang mengizinkan negara itu menahan pelanggar tanpa pengadilan mulai berlaku pada 15 Juni.

Menurut Departemen Luar Negeri AS, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Rabu mengadakan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo untuk membahas tindakan Tiongkok di Laut China Selatan dan menegaskan kembali komitmen AS terhadap Filipina berdasarkan perjanjian pertahanan mereka.

China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, termasuk Second Thomas Shoal, tempat kapal perang Filipina, Sierra Madre, berlabuh pada tahun 1999 untuk memperkuat klaim kedaulatannya.

Pada bulan Januari, Manila dan Beijing sepakat untuk meningkatkan komunikasi maritim melalui perundingan, terutama mengenai perairan dangkal tersebut.

Pengadilan internasional menolak klaim ekspansif China pada tahun 2016. 

Namun negara tersebut berulang kali mengatakan bahwa kapal-kapal Filipina secara ilegal menyusup ke perairan di sekitar perairan dangkal yang disengketakan.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×