kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Gadis kecil usia 7 tahun jadi korban tewas termuda oleh militer Myanmar


Kamis, 25 Maret 2021 / 06:26 WIB
Gadis kecil usia 7 tahun jadi korban tewas termuda oleh militer Myanmar
ILUSTRASI. Militer Myanmar menembak mati seorang gadis kecil berusia tujuh tahun. REUTERS/Stringer


Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - YANGON. Militer Myanmar menembak mati seorang gadis kecil berusia tujuh tahun. Dengan demikian, gadis tersebut menjadi korban termuda yang diketahui dalam tindakan keras militer menyusul kudeta militer yang terjadi bulan lalu.

BBC melaporkan, keluarga Khin Myo Chit mengatakan bahwa dia dibunuh oleh polisi saat dia berlari menuju ayahnya, dalam sebuah penggerebekan di rumah mereka di kota Mandalay.

Militer Myanmar telah meningkatkan penggunaan kekuatannya karena aksi protes terus berlanjut.

Kelompok hak asasi Save the Children mengatakan lebih dari 20 anak termasuk di antara ratusan orang yang telah terbunuh.

Baca Juga: Tekanan internasional terhadap para Jenderal Myanmar meningkat

Secara total, pihak militer mengatakan terdapat 164 orang telah tewas dalam aksi protes. Sementara, data yang dirilis kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) menyebutkan korban tewas sedikitnya mencapai 261 jiwa.

Pada Selasa (23/3/2021), militer Myanmar menyatakan kesedihan atas kematian para pengunjuk rasa, sambil menyalahkan mereka karena melakukan anarki dan kekerasan ke negara itu.

Baca Juga: Presiden Jokowi ingin pertemuan tingkat tinggi ASEAN terkait Myanmar segera digelar

Tetapi pasukan keamanan telah menggunakan peluru tajam untuk melawan pengunjuk rasa, dan ada banyak laporan saksi mata tentang orang-orang yang dipukuli dan kadang-kadang ditembak ketika militer melakukan penggerebekan rumah untuk menangkap aktivis dan pengunjuk rasa.

Korban termuda

Kakak perempuan Khin Myo Chit mengatakan kepada BBC, polisi telah menggeledah semua rumah di lingkungan mereka di Mandalay pada Selasa sore, ketika mereka akhirnya memasuki rumah mereka untuk mencari senjata dan melakukan penangkapan.

"Mereka menendang pintu untuk membukanya," kata May Thu Sumaya, 25 tahun. "Ketika pintunya terbuka, mereka bertanya kepada ayah saya apakah ada orang lain di rumah itu."

Dia bercerita, ketika sang ayah mengatakan tidak, mereka menuduhnya berbohong dan mulai menggeledah rumah.

Baca Juga: Banyak pelanggaran HAM, kudeta Myanmar bisa jatuh dalam perang saudara terbesar

Saat itulah Khin Myo Chit berlari ke arah ayah mereka untuk duduk di pangkuannya. "Kemudian mereka menembak dan memukulnya," kata May Thu Sumaya.

Dalam wawancara terpisah dengan outlet media komunitas Myanmar Muslim Media, ayah mereka U Maung Ko Hashin Bai menjelaskan kata-kata terakhir anaknya. "Dia berkata, 'Aku tidak bisa, Ayah, ini terlalu menyakitkan'."

Baca Juga: Protes di Myanmar makin mencekam, warga cari cara sendiri lindungi diri

Dia mengatakan sang adik meninggal hanya setengah jam sejak ditembak kemudian ketika dia dilarikan dengan mobil untuk mencari perawatan medis. Polisi juga memukuli dan menangkap putranya yang berusia 19 tahun.

Pihak militer Myanmar belum berkomentar tentang kematian tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, Save the Children mengatakan pihaknya mersa "ngeri" dengan kematian gadis itu, yang terjadi sehari setelah seorang bocah lelaki berusia 14 tahun dilaporkan ditembak mati di Mandalay.

"Kematian anak-anak ini sangat memprihatinkan mengingat mereka dilaporkan dibunuh saat berada di rumah, di mana mereka seharusnya aman dari bahaya. Fakta bahwa begitu banyak anak dibunuh hampir setiap hari sekarang menunjukkan pengabaian terhadap hidup manusia oleh pasukan keamanan," kata Save the Children seperti yang dilansir BBC.

Sementara itu pada hari Rabu, pihak berwenang membebaskan sekitar 600 tahanan yang ditahan di penjara Insein di Yangon (Rangoon), banyak dari mereka adalah mahasiswa.

Jurnalis Associated Press Thein Zaw termasuk di antara mereka yang dibebaskan. Dia dan jurnalis lainnya telah ditahan karena telah meliput aksi protes bulan lalu.

AAPP mengatakan setidaknya 2.000 orang telah ditangkap dalam tindakan keras sejauh ini.

Selanjutnya: PBB: 149 orang tewas dan ratusan hilang selama demo anti-kudeta Myanmar



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×