Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Bantuan Internasional Mulai Berdatangan
Sebuah tim penyelamat dari China telah tiba di bandara Yangon, kota terbesar di Myanmar, sebelum melanjutkan perjalanan ke daerah terdampak dengan bus, menurut media pemerintah.
Presiden China Xi Jinping berbicara langsung dengan Min Aung Hlaing dan berjanji memberikan bantuan senilai US$ 13,77 juta, termasuk tenda, selimut, dan peralatan medis darurat.
Amerika Serikat, yang memiliki hubungan tegang dengan militer Myanmar dan telah menjatuhkan sanksi terhadap pejabat junta, termasuk Min Aung Hlaing, juga menyatakan akan memberikan bantuan.
Sementara itu, India telah mengirimkan pesawat militer yang membawa bantuan kemanusiaan, termasuk 40 ton barang bantuan, dan berencana mengirim kapal dengan lebih banyak persediaan.
Negara lain seperti Rusia, Malaysia, dan Singapura juga mengirimkan bantuan berupa pasokan darurat dan tenaga medis.
Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN), yang mencakup Myanmar, menyatakan siap memberikan dukungan kemanusiaan.
"ASEAN siap membantu upaya pemulihan dan bantuan kemanusiaan," kata organisasi itu dalam pernyataan resminya.
Korea Selatan juga berjanji memberikan bantuan awal senilai US$ 2 juta melalui organisasi internasional.
Baca Juga: Gempa Magnitudo 7,7 Mengguncang, Myanmar Umumkan Keadaan Darurat
Situasi Kritis di Lokasi Bencana
Di daerah yang terdampak paling parah, warga setempat sangat membutuhkan pertolongan.
Gempa yang terjadi pada siang hari itu mengguncang sebagian besar wilayah Myanmar, mulai dari dataran tengah di sekitar Mandalay hingga perbukitan Shan di timur, yang sebagian besar tidak berada di bawah kendali penuh junta.
Seorang warga di Mandalay mengatakan bahwa upaya penyelamatan tidak sebanding dengan skala bencana yang terjadi.
"Banyak orang masih terjebak, tapi tidak ada bantuan yang datang karena tidak cukup tenaga, alat berat, atau kendaraan," katanya melalui telepon, meminta agar identitasnya dirahasiakan karena alasan keamanan.
Baca Juga: Pemimpin Junta Myanmar Umumkan Pemilihan Umum pada Desember 2025 atau Januari 2026
Thailand Juga Terkena Dampak
Di Bangkok, sekitar 1.000 km dari pusat gempa, tim penyelamat terus mencari pekerja konstruksi yang tertimbun reruntuhan gedung yang runtuh.
Mereka menggunakan ekskavator, drone, dan anjing pelacak untuk menemukan korban.
Wakil Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, mengatakan bahwa semua sumber daya telah dikerahkan untuk menemukan korban selamat dan mengevakuasi jenazah.
"Kami masih berharap menemukan orang yang selamat," katanya kepada wartawan. "Kami bekerja tanpa henti."
Seorang warga bernama Chanpen Kaewnoi, 39 tahun, bergegas ke lokasi reruntuhan setelah melihat laporan berita tentang gedung tempat ibu dan adiknya bekerja runtuh.
"Saya mencoba menelepon adik saya berkali-kali, tapi tidak ada jawaban," katanya, setelah semalaman tidak tidur di lokasi kejadian.
"Saya ingin tetap di sini sampai ibu dan adik saya ditemukan. Saya ingin melihat wajah mereka lagi," tambahnya dengan mata berkaca-kaca.
Baca Juga: Junta Myanmar Perpanjang Keadaan Darurat untuk Amankan Persiapan Pemilu
Di Bangkok, ribuan bangunan lainnya juga diduga mengalami kerusakan akibat gempa. Dewan Insinyur Thailand mengatakan ada kemungkinan hingga 5.000 bangunan mengalami dampak struktural, termasuk menara perumahan.
"Kami sedang meninjau ratusan kasus," kata Anek Siripanichgorn, anggota dewan.
"Jika kami menemukan bangunan yang berpotensi berbahaya, kami akan segera mengirim insinyur untuk menilai kerusakannya."