kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45863,29   1,62   0.19%
  • EMAS1.361.000 -0,51%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Geser Prancis, Inggris Rebut Lagi Mahkotanya sebagai Pasar Saham Terbesar Eropa


Selasa, 18 Juni 2024 / 10:18 WIB
Geser Prancis, Inggris Rebut Lagi Mahkotanya sebagai Pasar Saham Terbesar Eropa
ILUSTRASI. Pasar saham utama Inggris merebut kembali mahkotanya sebagai pasar saham paling berharga di Eropa. REUTERS/Regis Duvignau


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - LONDON. Data menunjukkan, pasar saham utama Inggris merebut kembali mahkotanya sebagai pasar saham paling berharga di Eropa untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun.

Melansir BBC yang mengutip data Bloomberg, nilai total kapitalisasi pasar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek London (LSE) mencapai US$ 3,18 triliun pada hari Senin (17/6/2024). 

Angka tersebut melampaui nilai total perusahaan yang terdaftar di Paris sebesar US$ 3,13 triliun.

Kedua valuasi tersebut telah bergeser dan tetap sama, namun para analis menggambarkannya sebagai sebuah tonggak sejarah.

Para analis mengatakan, pasar saham Prancis telah merosot karena ketidakpastian seputar pemilu. Di sisi lain, pasar Inggris mulai pulih setelah beberapa tahun kinerjanya buruk.

LSE telah menjadi pasar saham terbesar di Eropa selama bertahun-tahun sebelum diambil alih posisinya pada November 2022.

Analis pada saat itu menyalahkan kinerja LSE karena dampak dari mini-Budget mantan Perdana Menteri Liz Truss, lemahnya poundsterling, ketakutan akan resesi dan Brexit.

LSE bernilai sekitar US$ 1,4 triliun lebih tinggi dibandingkan rivalnya di Paris pada tahun 2016.

Baca Juga: Vladimir Putin Kunjungi Korea Utara untuk Pertama Kali dalam 24 Tahun, AS Terganggu

Para analis mengatakan bahwa investor pasar pada umumnya tidak menyukai ketidakpastian - dan ada banyak pertanyaan tentang apa arti pemilu sela di Prancis yang diserukan oleh presiden tersebut.

Informasi saja, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan pemilu parlemen secara tiba-tiba awal bulan ini, menyusul kemenangan Partai Nasional sayap kanan saingannya Marine Le Pen dalam pemilu Eropa.

Kepala pasar dan keuangan Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter, berpendapat bahwa manifesto Le Pen berisi "belanja yang tidak didanai".

“Mereka tidak terlalu fokus untuk memenangkan pasar,” kata Streeter.

Pasar keuangan sering kali bereaksi buruk ketika mereka tidak mengetahui dari mana dana untuk memenuhi janji pemerintah akan berasal.

Hal ini karena mempengaruhi nilai obligasi, yaitu uang yang dipinjamkan investor kepada pemerintah dengan harga yang disepakati pasar.

Jika investor yakin bahwa kebijakan pemerintah atau calon pemerintah tidak sesuai dengan harapan, maka tingkat bunga obligasi, yang dikenal sebagai imbal hasil (yield), cenderung meningkat.

Baca Juga: Ibu Kota Rusia Dilanda Wabah Botulisme, Apa Pengertian dan Gejalanya?

Hal ini kemudian merugikan nilai perusahaan tercatat. Pasalnya, jika imbal hasil obligasi sangat tinggi maka investor sering kali dapat memperoleh lebih banyak pinjaman kepada pemerintah dibandingkan berinvestasi pada saham perusahaan.




TERBARU

[X]
×