kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45904,83   -3,71   -0.41%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga emas ternyata tak meroket meski Trump menang


Selasa, 06 Desember 2016 / 19:21 WIB
Harga emas ternyata tak meroket meski Trump menang


Sumber: money.cnn | Editor: Mesti Sinaga


Masih ingat dong, bagaimana setiap orang bilang bahwa harga emas  bakal terbang ke bulan jika Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS?
Ya, kredo pasar menyebutkan, harga emas bakal melejit seiring ketidakpastian  politik. Dan, Trump selama ini memang dianggap sebagai ketidakpastian yang sangat tinggi.

Namun, semua itu ternyata berlebihan.

Nyatanya, harga emas malah turun. Senin (5/12/2016) harga logam kuning ini telah turun 1% ke level terendahnya sejak Februari. Bahkan, harga logam mulia telah turun mendekati 10%  sejak Trump mengalahkan Hillary Clinton. Ini reaksi pasar keuangan yang masih membingungkan para ahli.

Harga saham pertambangan pun ikut jatuh seiring dengan melemahnya harga emas. Harga saham Newmont, yang masuk dalam S&P 500, telah merosot 7%, sedangkan harga VanEck Vektor Emas Miners ETF anjlok 12%.

Penurunan harga emas juga memukul reksadana berbasis emas. Menurut data EPFR Global, investor telah menarik dananya dari reksadana emas dalam tiga minggu terakhir.
Lantas, apa sih yang  membuat  harga emas bukannya bullish setelah terpilihnya Trump, namun sebaliknya justru bearish secara ekstrem?

Rupanya, kini para investor tak lagi fokus pada gagasan bahwa Trump akan menyebabkan volatilitas dan ketidakpastian. Pasar kini fokus pada harapan bahwa Trump, didukung Partai Republik yang kini memimpin di kongres, akan agresif menggelontorkan stimulus fiskal untuk memacu pertumbuhan ekonomi AS.

Memang, naiknya suku bunga dan inflasi bisa datang bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya bisa membuat harga emas naik. Namun, kini investor bertaruh, dalam jangka pendek, kekhawatiran terhadap ketidakstabilan pasar telah surut.

Brent Schutte, Chief  Investment Strategist di Northwestern Mutual Wealth Management Company, menyatakan, data terbaru ekonomi AS pasca  pemilu juga menunjukkan perekonomian negeri Uncle Sam berada di jalur yang stabil.

"Investor sebelumnya terlalu pesimis," kata Schutte, "Nyatanya, ekonomi AS lebih baik daripada yang diharapkan. Pemilihan Trump mungkin juga telah membuka mata investor. Tapi, data ekonomi merupakan memang negatif untuk emas."

JJ Kinahan, Chief Market Strategist di TD Ameritrade, menilai investor kini lebih percaya diri tentang ekonomi AS dan global. Meskipun, mereka juga khawatir tentang ketidakpastian Trump (bisa seseorang meminta Trump berhenti mencuit di Twitter?) dan juga kekhawatiran tentang Italia.

Menurut Kinahan, bullish di pasar menjadi kabar buruk bagi emas. Maklum, emas merupakan "suatu tempat investor beralih pada saat yang tidak menentu" dan nyatanya “kini muncul kepercayaan di pasar terus pada tingkat tinggi."

Dia menambahkan, jika bank sentral AS, Federal Reserve menaikkan suku bunga pekan depan, itu akan menjadi masalah bagi emas. Naiknya suku  bunga akan membuat dollar menguat. Kombinasi kenaikan bunga dan penguatan dollar adalah “musuh bagi harga emas,” ujar Kinahan.

So, apakah harga emas akan terus tenggelam pada tahun 2017? Itu akan sangat tergantung pada apa yang terjadi di pasar yang lebih luas.

Apabila investor terus memburu saham dengan harapan stimulus Trump di AS akan meningkatkan perekonomian, dan pemerintah populis di Eropa tidak akan menyebabkan lebih banyak kekacauan di benua itu, maka harga emas akan semakin memudar.

Namun, jika hasil pemilu baru-baru ini dan reaksi pasar telah mengajari kita banyak hal; tidak ada yang pasti dalam politik, pasar dan ekonomi global.

 




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×