kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Harga Minyak Ditutup pada Posisi US$ 75 per Barel


Kamis, 16 Oktober 2008 / 10:04 WIB
Harga Minyak Ditutup pada Posisi US$ 75 per Barel
ILUSTRASI. Petugas kesehatan menyuntikan vaksin COVID-19 kepada seorang prajurit TNI, di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (4/3/2021). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp.


Sumber: msnbc | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

NEW YORK. Harga minyak dunia kembali merosot tajam. Untuk perdagangan 15 Oktober di bursa New York harga minyak ditutup di bawah US$ 75 per barel untuk pertama kalinya dalam 14 bulan terakhir. Itu artinya, harga minyak sudah turun 49% dari harga rekor minyak 11 Juli lalu yang mencapai US$ 147,27 per barel.

Di New Nork Mercantile Exchange, kontrak minyak jenis light, sweet crude untuk pengantaran November turun US$ 4,09 atau 5,2% dan bertengger pada posisi US$ 74,54 per barel. Angka tersebut merupakan yang terendah sejak 31 Agustus 2007.

Turunnya harga minyak itu terjadi setelah OPEC memangkas prediksi jumlah permintaan minyak dunia. Selain itu, buruknya perdagangan di Wall Street kemarin juga berdampak pada anjloknya harga minyak. Asal tahu saja, Rabu kemarin, Indeks acuan Dow Jones Industrial Average tergelincir dalam sebesar 733 poin.

Jim Ritterbush, president of energy consultancy Ritterbusch and Associates mengatakan, para trader minyak menggunakan bursa saham sebagai barometer kesehatan perekonomian. Nah, saat ini, kondisi pasar menunjukkan gejala tidak sehat. 

“Ini hanya merupakan pertanyaan seberapa parah pergerakan harga minyak. Saat ini kelihatannya penurunan pasar lebih buruk dari yang investor harapkan,” jelasnya.

Permintaan minyak negara kaya turun tajam

OPEC bilang, pada 2009 nanti, negara-negara kaya diprediksi hanya membutuhkan minyak sekitar 400.000 barel per hari. Jumlah tersebut terbilang rendah jika dibandingkan kebutuhan minyak tahun ini. Seperti yang diketahui, permintaan minyak dari negara-negara maju pada 2008 diperkirakan meningkat dan mencapai 1,1 juta barel per hari. Permintaan tersebut banyak datang dari China, Timur Tengah dan India.

Prediksi OPEC tersebut dikeluarkan sebulan sebelum negara-negara produsen minyak tersebut mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan cara untuk mengerem laju penurunan harga minyak, termasuk kemungkinan memangkas jumlah produksi. OPEC sepertinya masih saja mempertimbangkan kebijakan tersebut, meskipun analis mengatakan pemangkasan produksi tidak akan secara dramatis menahan penurunan harga. Catatan saja, OPEC saat ini mengguyur sekitar 40% dari jumlah total minyak di pasar dunia.

Penurunan ekonomi global disebabkan adanya pengetatan pada pasar kredit yang menyebabkan konsumen dan pelaku bisnis di seluruh dunia menghemat penggunaan energi. Para pemimpin AS dan Eropa pada minggu ini mengumumkan rencananya untuk menyuntikkan miliaran dolar terhadap  sistem finansial yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah kucuran kredit.

Kekhawatiran akan semakin terjadinya resesi menyebabkan banyak pihak memprediksi harga minyak masih memiliki kemungkinan untuk terjun bebas lagi. Trader dan analis Stephen Schork bahkan memprediksi kemungkinan harga minyak menyentuh level US$ 50 per barelnya.


Survei KG Media

TERBARU

[X]
×