CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Hubungan AS dan China kian panas di Laut China Selatan, ini penyebabnya


Senin, 11 Mei 2020 / 06:05 WIB
Hubungan AS dan China kian panas di Laut China Selatan, ini penyebabnya


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

Meskipun harus bertempur dengan wabah corona, baik China maupun AS tidak memperlambat aktivitas militer mereka.

Pesawat dari Tentara Pembebasan Rakyat telah terlihat setidaknya enam kali terbang di dekat wilayah udara Taiwan pada tahun ini, sementara kapal induk Liaoning terlihat dua kali bulan pada lalu di sekitar Taiwan.

Baca Juga: Punya 2,3 juta personel militer tapi nol kasus corona, klaim China diragukan

Timothy Heath, pakar keamanan dari think tank Rand Corporation di AS, mengatakan peningkatan aktivitas militer Amerika sebagian karena kegagalan upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik antara Beijing dan Washington.

"China telah menegaskan kepemilikannya atas ruang perairan internasional yang sangat penting bagi perdagangan global dan keamanan AS," katanya.

Untuk mendukung klaimnya, China meningkatkan kegiatan pembangunan pulau buatan di Laut China Selatan, meningkatkan patroli dan penyebaran militernya dan memaksa negara-negara tetangganya untuk mematuhi tuntutan Beijing.

"Hal ini telah membuat AS tidak punya pilihan selain untuk meningkatkan kegiatan militernya di Laut China Selatan untuk mengirim pesan yang jelas bahwa Washington serius mempertahankan status internasional Laut China Selatan," kata dia.

Baca Juga: Kini giliran Laut China Timur yang memanas karena insiden China-Jepang

Heath juga mengatakan bahwa AS tidak mengantisipasi konflik militer dengan China yang kian maju. "AS selama bertahun-tahun tidak berinvestasi untuk membangun kekuatan yang mampu bersaing dengan militer berteknologi maju seperti PLA," katanya. 

Sementara Song Zhongping, seorang komentator militer yang berbasis di Hong Kong, mengatakan konflik antara China dan AS melampaui lingkup militer. "Masalah Laut Taiwan dan Laut China Selatan adalah kepentingan utama China, dan AS mengeksploitasi hal itu untuk menekan Beijing dan membatasi perkembangannya," katanya.

"Ini akan menjadi konflik menyeluruh yang tidak hanya melibatkan bentrokan militer tetapi juga konflik di bidang lain seperti perdagangan, budaya, dan ideologi," sebutnya.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×