Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - LONDON. Inggris, Kanada, dan Australia resmi mengakui keberadaan negara Palestina pada Minggu (21/9/2025).
Langkah bersejarah ini lahir dari kekecewaan atas perang Gaza yang tak kunjung usai serta dorongan untuk menghidupkan kembali solusi dua negara.
Namun, keputusan ini dipastikan akan memicu kemarahan Israel dan sekutunya, Amerika Serikat.
Baca Juga: Langkah Bersejarah, Kanada Gabung 140 Negara Akui Palestina
Dengan keputusan tersebut, ketiga negara kini bergabung dengan sekitar 140 negara lain yang telah lebih dulu mendukung aspirasi rakyat Palestina untuk memiliki tanah air merdeka di wilayah yang masih diduduki Israel.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menegaskan, “Hari ini, demi menghidupkan kembali harapan perdamaian bagi Palestina dan Israel, Britania Raya secara resmi mengakui Negara Palestina.”
Langkah Inggris dinilai memiliki bobot simbolis yang besar mengingat perannya dalam pembentukan Israel sebagai negara modern pasca-Perang Dunia II.
Today, to revive the hope of peace for the Palestinians and Israelis, and a two state solution, the United Kingdom formally recognises the State of Palestine. pic.twitter.com/yrg6Lywc1s— Keir Starmer (@Keir_Starmer) September 21, 2025
Ultimatum London dan Tekanan Politik Domestik
Inggris sebelumnya telah mengeluarkan ultimatum pada Juli 2025: mereka akan mengakui Palestina jika Israel gagal memenuhi syarat, termasuk gencatan senjata dengan Hamas, membuka akses bantuan ke Gaza, tidak menganeksasi Tepi Barat, dan berkomitmen pada proses perdamaian dua negara.
Baca Juga: Paus Leo Kutuk ‘Pengasingan Paksa’ Warga Sipil Gaza
Namun, syarat itu tak terpenuhi. Situasi di Gaza semakin memburuk, ditambah rencana pembangunan pemukiman baru Israel.
Tekanan politik dalam negeri juga makin kuat, terutama dari anggota parlemen Partai Buruh yang geram melihat korban sipil dan anak-anak kelaparan di Gaza.
Respons Palestina dan Pro-Kontra Publik
Kepala Misi Palestina di London Husam Zomlot menyebut keputusan ini sebagai “pengakuan yang sudah lama ditunggu” dan menandai “langkah tak terbalik menuju keadilan dan koreksi kesalahan sejarah.”
Sementara itu, warga London menunjukkan respons beragam.
Ada yang menyambut sebagai langkah awal menuju perdamaian, namun ada pula yang menilai pemerintah seolah meninggalkan Israel dan memberi ruang bagi Hamas.
Baca Juga: Israel Perluas Serangan ke Gaza City, Warga Palestina Panik Tanpa Tempat Lari
Sejarah Panjang Inggris di Palestina
Langkah Inggris juga dikaitkan dengan Deklarasi Balfour 1917 yang menjanjikan pembentukan negara Yahudi tanpa mengurangi hak-hak Arab.
Pasukan Inggris saat itu merebut Yerusalem dari Turki Utsmani, lalu mendapat mandat internasional untuk mengelola Palestina.
Sejumlah akademisi menilai, pengakuan negara Palestina hanyalah langkah awal.
“Inggris berutang lebih dari sekadar pengakuan. Mereka harus meminta maaf dan memberi reparasi,” kata pakar hukum internasional Victor Kattan.
Ancaman Retaliasi Israel
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bulan ini bahwa tidak akan pernah ada negara Palestina.
Baca Juga: Ternyata, Ini Alasan Mengapa Jepang Tidak akan Mengakui Negara Palestina
Menteri Keamanan Israel Itamar Ben-Gvir bahkan menyebut keputusan Inggris, Kanada, dan Australia sebagai hadiah untuk “pembunuh”, merujuk pada serangan Hamas 7 Oktober 2023.
Israel menegaskan, pengakuan Palestina justru memperkuat Hamas. Ben-Gvir juga berencana mengajukan usulan aneksasi de facto Tepi Barat dalam rapat kabinet berikutnya.
Dukungan Kanada dan Australia
Perdana Menteri Kanada Mark Carney menegaskan bahwa negaranya mendukung Palestina sekaligus Israel untuk hidup damai berdampingan.
Sedangkan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese bersama Menteri Luar Negeri Penny Wong menyatakan pengakuan terhadap Palestina dilakukan untuk memulihkan momentum solusi dua negara, dengan syarat gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera. “Hamas tidak boleh punya peran dalam Palestina,” tegas mereka.
Korban Perang yang Membengkak
Serangan Hamas 2023 menewaskan 1.200 orang di Israel dan menyandera 251 orang.
Baca Juga: PBB: Israel Genosida di Gaza, 65.000 Warga Palestina Tewas, Ini Daftar Buktinya
Israel lalu membalas dengan operasi militer besar-besaran yang, menurut otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan lebih dari 65.000 warga Palestina mayoritas sipil serta menimbulkan kelaparan dan kehancuran luas.
Menteri Luar Negeri Palestina Varsen Aghabekian Shahin menyambut pengakuan baru ini.
“Ini langkah mendekatkan kami pada kedaulatan. Mungkin tidak langsung mengakhiri perang, tetapi ini fondasi untuk masa depan,” katanya.