kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.122.000   32.000   1,53%
  • USD/IDR 16.630   72,00   0,43%
  • IDX 8.051   42,68   0,53%
  • KOMPAS100 1.123   6,98   0,62%
  • LQ45 810   0,68   0,08%
  • ISSI 279   2,38   0,86%
  • IDX30 423   1,81   0,43%
  • IDXHIDIV20 485   2,83   0,59%
  • IDX80 123   0,38   0,31%
  • IDXV30 132   0,38   0,29%
  • IDXQ30 135   0,57   0,43%

Inggris, Kanada, dan Australia Akui Palestina, Tantang Sikap Israel-AS


Minggu, 21 September 2025 / 22:34 WIB
Inggris, Kanada, dan Australia Akui Palestina, Tantang Sikap Israel-AS
ILUSTRASI. Incoming British Prime Minister Keir Starmer delivers a speech at Number 10 Downing Street, following the results of the election, in London, Britain, July 5, 2024. REUTERS/Phil Noble


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - LONDON. Inggris, Kanada, dan Australia resmi mengakui keberadaan negara Palestina pada Minggu (21/9/2025).

Langkah bersejarah ini lahir dari kekecewaan atas perang Gaza yang tak kunjung usai serta dorongan untuk menghidupkan kembali solusi dua negara.

Namun, keputusan ini dipastikan akan memicu kemarahan Israel dan sekutunya, Amerika Serikat.

Baca Juga: Langkah Bersejarah, Kanada Gabung 140 Negara Akui Palestina

Dengan keputusan tersebut, ketiga negara kini bergabung dengan sekitar 140 negara lain yang telah lebih dulu mendukung aspirasi rakyat Palestina untuk memiliki tanah air merdeka di wilayah yang masih diduduki Israel.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menegaskan, “Hari ini, demi menghidupkan kembali harapan perdamaian bagi Palestina dan Israel, Britania Raya secara resmi mengakui Negara Palestina.”

Langkah Inggris dinilai memiliki bobot simbolis yang besar mengingat perannya dalam pembentukan Israel sebagai negara modern pasca-Perang Dunia II.

Ultimatum London dan Tekanan Politik Domestik

Inggris sebelumnya telah mengeluarkan ultimatum pada Juli 2025: mereka akan mengakui Palestina jika Israel gagal memenuhi syarat, termasuk gencatan senjata dengan Hamas, membuka akses bantuan ke Gaza, tidak menganeksasi Tepi Barat, dan berkomitmen pada proses perdamaian dua negara.

Baca Juga: Paus Leo Kutuk ‘Pengasingan Paksa’ Warga Sipil Gaza

Namun, syarat itu tak terpenuhi. Situasi di Gaza semakin memburuk, ditambah rencana pembangunan pemukiman baru Israel.

Tekanan politik dalam negeri juga makin kuat, terutama dari anggota parlemen Partai Buruh yang geram melihat korban sipil dan anak-anak kelaparan di Gaza.

Respons Palestina dan Pro-Kontra Publik

Kepala Misi Palestina di London Husam Zomlot menyebut keputusan ini sebagai “pengakuan yang sudah lama ditunggu” dan menandai “langkah tak terbalik menuju keadilan dan koreksi kesalahan sejarah.”

Sementara itu, warga London menunjukkan respons beragam.

Ada yang menyambut sebagai langkah awal menuju perdamaian, namun ada pula yang menilai pemerintah seolah meninggalkan Israel dan memberi ruang bagi Hamas.

Baca Juga: Israel Perluas Serangan ke Gaza City, Warga Palestina Panik Tanpa Tempat Lari

Sejarah Panjang Inggris di Palestina

Langkah Inggris juga dikaitkan dengan Deklarasi Balfour 1917 yang menjanjikan pembentukan negara Yahudi tanpa mengurangi hak-hak Arab.

Pasukan Inggris saat itu merebut Yerusalem dari Turki Utsmani, lalu mendapat mandat internasional untuk mengelola Palestina.

Sejumlah akademisi menilai, pengakuan negara Palestina hanyalah langkah awal.

“Inggris berutang lebih dari sekadar pengakuan. Mereka harus meminta maaf dan memberi reparasi,” kata pakar hukum internasional Victor Kattan.

Ancaman Retaliasi Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bulan ini bahwa tidak akan pernah ada negara Palestina.

Baca Juga: Ternyata, Ini Alasan Mengapa Jepang Tidak akan Mengakui Negara Palestina

Menteri Keamanan Israel Itamar Ben-Gvir bahkan menyebut keputusan Inggris, Kanada, dan Australia sebagai hadiah untuk “pembunuh”, merujuk pada serangan Hamas 7 Oktober 2023.

Israel menegaskan, pengakuan Palestina justru memperkuat Hamas. Ben-Gvir juga berencana mengajukan usulan aneksasi de facto Tepi Barat dalam rapat kabinet berikutnya.

Dukungan Kanada dan Australia

Perdana Menteri Kanada Mark Carney menegaskan bahwa negaranya mendukung Palestina sekaligus Israel untuk hidup damai berdampingan.

Sedangkan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese bersama Menteri Luar Negeri Penny Wong menyatakan pengakuan terhadap Palestina dilakukan untuk memulihkan momentum solusi dua negara, dengan syarat gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera. “Hamas tidak boleh punya peran dalam Palestina,” tegas mereka.

Korban Perang yang Membengkak

Serangan Hamas 2023 menewaskan 1.200 orang di Israel dan menyandera 251 orang.

Baca Juga: PBB: Israel Genosida di Gaza, 65.000 Warga Palestina Tewas, Ini Daftar Buktinya

Israel lalu membalas dengan operasi militer besar-besaran yang, menurut otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan lebih dari 65.000 warga Palestina mayoritas sipil serta menimbulkan kelaparan dan kehancuran luas.

Menteri Luar Negeri Palestina Varsen Aghabekian Shahin menyambut pengakuan baru ini.

“Ini langkah mendekatkan kami pada kedaulatan. Mungkin tidak langsung mengakhiri perang, tetapi ini fondasi untuk masa depan,” katanya.

Selanjutnya: Berbagi Strategi Bertahan dan Bergerak Maju Saat Dunia Berubah Lewat FCGF 2025

Menarik Dibaca: 5 Tanaman Pembawa Sial yang Harus Disingkirkan dari Rumah, Ada Mawar!




TERBARU

[X]
×