Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Perusahaan-perusahaan China yang melantai di bursa AS tampaknya bakal banyak yang akan pulang kampung mengikuti langkah Didi Global Inc. Belum setahun sejak memulai debutnya di Wall Street, Didi telah memutuskan untuk melakukan delisting dan saat ini sedang merencanakan untuk pindah IPO ke bursa Hong Kong.
Rencana delisting Didi datang atas desakan pemerintah China Beijing yang menentang IPO perusahaan di New York karena kekhawatiran tentang potensi kebocoran data sensitif kepada pihak berwenang di AS.
Listing di Hong Kong dipandang sebagai alternatif bagi perusahaan yang ingin mempertahankan akses ke investor global disamping karena lebih cocok untuk pemerintah China. Apalagi proses kesepakatan untuk IPO di Hong Kong dinilai lebih cepat dibanding di China daratan.
Analis Intelijen Bloomberg Matthew Kanterman dan Tiffany Tam dalam riset menuliskan, dengan ada ancaman peraturan, perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa AS dengan total kapitalisasi pasar hampir mendekati US$ 200 miliar perlu sesegera mungkin untuk kembali ke bursa Hong Kong atau China daratan.
Baca Juga: Prancis Tangkap Pria yang Diduga Terkait dengan Pembuatan Senjata Kimia di Suriah
Sementara Alex Abagian, Co-head Pasar Modal Ekuitas Asia Pasifik di Morgan Stanley mengungkapkan, banyak reksa dana besar sedang dalam proses atau telah mengubah sebagian besar eksposur American Depositary Receipt (ADR) mereka menjadi saham Hong Kong untuk saham perusahaan yang melakukan listing ganda yakni di AS dan Hong Kong.
"Ini menunjukkan bahwa sedang terjadi migrasi alami ke Hong Kong saat ini," ujarnya dikutip Bloomberg, Senin (27/12).
Berikut daftar perusahaan yang kemungkinan akan pulang kampung dari AS ke Hong Kong:
1. Pinduoduo
Operator e-niaga ini merupakan perusahaan China terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar yang terdaftar hanya di AS. Didirikan oleh Colin Huang, operator ini telah menjadi salah satu dari sedikit raksasa internet besar yang lolos dari pukulan langsung dari tindakan keras pemerintah China terhadap sektor industri teknologi.
ADR perusahaan naik ke rekor tertinggi di New York pada Februari, tetapi telah merosot sekitar 70% sejak di tengah aksi jual saham China secara global.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Bergejala di China Naik, Catat Rekor Tertinggi sejak Maret 2020
2. Nio
Produsen kendaraan listrik kemungkinan akan mengikuti rekan-rekan XPeng Inc. dan Li Auto Inc untuk melantai di bursa Hong Kong tahun ini. Bulan ini, Nio meluncurkan sedan keduanya, yang akan bersaing lebih langsung dengan Model 3 paling populer Tesla. ADR-nya turun sekitar 50% dari tertinggi sepanjang masa di Februari.
3. KE Holdings Inc.
Platform perumahan online yang berbasis di Beijing menjadi target dari Muddy Waters Research yang laris bulan ini. KE mengatakan bahwa laporan tersebut tidak berdasar dan telah mengesahkan peninjauan internal atas tuduhan utama Muddy Waters. ADR-nya sudah turun lebih dari 70% dari rekor tertinggi di bulan Februari.
4. Kanzhun Ltd.
Perusahaan pemilik platform rekrutmen online yang berbasis di Beijing ini melakukan debutnya di AS pada bulan Juni, dan telah berhasil berdagang jauh di atas harga yang tercantum sejak saat itu meskipun volatilitas telah mendominasi nama-nama China. ADR-nya naik 73% sejak listing (Kapitalisasi pasarnya mencapai US$ 13,5 miliar).
5. Tencent Music Entertainment Group
Perusahaan saingan Cloud Village Inc dari NetEase Inc ini memulai debutnya di New York lebih dari tiga tahun lalu. Perusahaan berada di posisi yang tepat untuk menangkap bagian dari pasar metaverse senilai US$ 800 miliar yang sedang berkembang melalui bisnis konser virtualnya, menurut Bloomberg Intelligence.
ADR-nya telah turun 80% dari puncak Maret menjadi sekitar setengah dari harga IPO 2018 mereka. (Kapitalisasi pasar $11 miliar)
6. Futu Holdings Ltd.
Pialang online China berencana untuk mengajukan daftar Hong Kong yang dapat mengumpulkan sekitar US$ 1 miliar. ADR-nya telah turun hampir 80% dari rekor tertinggi Februari meskipun mereka masih diperdagangkan sekitar tiga kali lipat dari harga IPO Maret 2019. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai US$ 6 miliar)
7. IQiyi Inc.
Operator layanan hiburan video telah merosot lebih dari 80% sejak akhir Maret, dilanda kekhawatiran bahwa raksasa teknologi China akan dikeluarkan dari bursa AS. Anak perusahaan Baidu Inc. dikatakan telah memilih bank untuk listing kedua di Hong Kong, menurut laporan Bloomberg News pada bulan Oktober. Kini kapitalisasi pasarnya mencapai US$ 3,9 miliar.