kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.367.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.746   36,00   0,22%
  • IDX 8.411   44,23   0,53%
  • KOMPAS100 1.167   7,45   0,64%
  • LQ45 849   6,04   0,72%
  • ISSI 293   1,78   0,61%
  • IDX30 446   4,19   0,95%
  • IDXHIDIV20 513   3,01   0,59%
  • IDX80 131   0,85   0,65%
  • IDXV30 138   0,37   0,27%
  • IDXQ30 141   1,03   0,74%

Ini Dampak Besar Kebijakan Pembatasan Mineral Kritis China Terhadap PDB AS


Rabu, 12 November 2025 / 07:19 WIB
Ini Dampak Besar Kebijakan Pembatasan Mineral Kritis China Terhadap PDB AS
ILUSTRASI. Kebijakan ekspor China terhadap sejumlah mineral penting diperkirakan bisa memangkas produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat lebih dari US$ 1 miliar per tahun. REUTERS/Melanie Burton


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Kebijakan ekspor China terhadap sejumlah mineral penting diperkirakan bisa memangkas produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat lebih dari US$ 1 miliar per tahun, menurut analisis Macquarie Group.

Meski ketergantungan AS terhadap impor dari China tidak sebesar yang sering digembar-gemborkan, dampaknya tetap signifikan.

Mengutip Mining.com, analisis ini merupakan hasil pemodelan ekonomi yang dipimpin oleh Kepala Ekonom Macquarie, Ric Deverell, dengan fokus pada lima mineral langka yang saat ini dibatasi ekspornya oleh China: samarium, lutetium, terbium, dysprosium, serta gallium.

Kelima mineral tersebut tercantum dalam daftar terbaru “critical minerals” pemerintah AS, yang kini mencakup 60 jenis mineral, termasuk tembaga (copper) dan perak (silver).

Ketergantungan AS pada Mineral Impor Masih Tinggi

Dalam laporan yang dirilis Selasa (11/11/2025), tim Macquarie memaparkan tingkat ketergantungan Amerika terhadap sumber mineral dari luar negeri.

Hasilnya, pada tahun lalu AS sepenuhnya bergantung pada impor untuk 12 jenis mineral, dan lebih dari 50% bergantung pada 33 mineral lainnya.

Pada 2024, produksi tambang domestik AS hanya bernilai sekitar US$ 17,5 miliar, jauh lebih kecil dibandingkan nilai total impor mineralnya yang mencapai US$ 65 miliar.

China—yang menjadi rival ekonomi utama AS—masih mendominasi dalam hal produksi dan pemrosesan mineral di tingkat global.

Baca Juga: China Umumkan Pembatasan Ekspor Bahan Kimia setelah Kesepakatan Fentanyl dengan Trump

Dampak Langsung Pembatasan Ekspor China

Menariknya, data Macquarie menunjukkan bahwa China bukan pemasok terbesar bagi AS. Mineral asal China hanya mencakup US$ 2 miliar atau sekitar 3% dari total impor AS.

Sebaliknya, pemasok utama mineral kritis bagi AS justru datang dari Kanada (32%), Cile (10%), Meksiko (8%), dan Afrika Selatan (7%). Sekilas, ini menunjukkan bahwa AS sudah berhasil menghindari ketergantungan berlebihan pada China.

Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu.

AS tetap sangat bergantung pada sejumlah mineral penting untuk industri pertahanan dan teknologi canggih.

Macquarie memperkirakan bahwa AS masih bergantung sekitar 80% pada impor untuk senyawa dan logam tanah jarang (rare earth), dan sekitar 70% dari jumlah itu berasal dari China.

Dengan kata lain, pembatasan ekspor China terhadap mineral kunci seperti samarium, lutetium, terbium, dan dysprosium akan menimbulkan dampak ekonomi besar bagi AS.

Baca Juga: China Tangguhkan Larangan Ekspor Galium dan Germanium ke AS hingga 2026

Macquarie memperkirakan kerugian PDB AS bisa mencapai lebih dari US$ 1 miliar dalam satu tahun.

Namun, kerugian terbesar justru bersifat strategis, karena banyak industri penting AS masih bergantung pada pasokan logam tanah jarang dari China, termasuk sektor semikonduktor yang membutuhkan gallium sebagai bahan utama.

Australia Muncul sebagai Peluang Baru

Melihat risiko tersebut, Macquarie menilai Australia berpotensi menjadi alternatif baru bagi AS.

Kedua negara baru-baru ini menandatangani kerangka kerja kemitraan mineral kritis, yang membuka peluang besar bagi ekspansi pasokan non-China.

Menurut estimasi Macquarie, Australia memiliki lebih dari 15% cadangan mineral kritis dunia, dan memproduksi hampir separuh dari daftar mineral penting AS.

Meskipun produksinya sempat melemah dalam lima tahun terakhir akibat pasar yang lesu, tren ini diperkirakan akan berbalik naik dengan rencana investasi senilai lebih dari US$ 50 miliar hingga Oktober 2024.

Saat ini, Australia baru menyumbang sekitar 2% dari total impor mineral kritis AS, tetapi Macquarie memperkirakan Australia berpotensi menggantikan seluruh impor AS dari China dalam beberapa tahun mendatang.

Tonton: Bertemu di Korea, Trump dan Xi Jinping Sepakat Akhiri Perang Dagang

Kesimpulan

Pembatasan ekspor mineral penting oleh China dapat memangkas PDB AS lebih dari US$ 1 miliar per tahun, sekaligus menyoroti betapa rentannya rantai pasok mineral global yang menopang industri strategis seperti pertahanan dan semikonduktor. Meski AS tampak telah mendiversifikasi sumbernya, ketergantungan tinggi terhadap logam tanah jarang dari China masih menjadi risiko ekonomi dan geopolitik utama. Australia kini muncul sebagai mitra potensial baru yang dapat membantu AS mengurangi ketergantungan itu, seiring meningkatnya investasi besar di sektor mineral kritis global.

Selanjutnya: Dividen Interim Saham EMTK Rp 305 Miliar Cair 11 Desember 2025, Cek Tanggal Cum Date

Menarik Dibaca: Gen Z Wajib Tahu, Begini Cara Aman Mengelola Keuangan Digital




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×