kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Ini Kecemasan Menteri Keuangan AS Atas Tindak Tanduk China di Institusi Global


Jumat, 31 Maret 2023 / 07:40 WIB
Ini Kecemasan Menteri Keuangan AS Atas Tindak Tanduk China di Institusi Global
ILUSTRASI. Menkeu AS Janet Yellen prihatin dengan beberapa aktivitas China secara global, khususnya dalam memberikan pinjaman kepada negara-negara berkembang. Made Nagi/Pool via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pada hari Rabu (29/3/2023), Amerika Serikat bekerja keras untuk melawan pengaruh China di lembaga-lembaga internasional dan dalam memberikan pinjaman kepada negara-negara berkembang.

Melansir Reuters, Yellen mengatakan, dirinya prihatin dengan beberapa aktivitas China secara global, khususnya dalam memberikan pinjaman kepada negara-negara berkembang.

"Saya sangat prihatin dengan beberapa kegiatan yang dilakukan China secara global, melibatkan negara-negara dengan cara yang membuat mereka terjebak dalam utang dan tidak mempromosikan pembangunan ekonomi," katanya.

Sebuah studi yang baru-baru ini diterbitkan menunjukkan, China menghabiskan dana sebesar US$ 240 miliar untuk menyelamatkan 22 negara berkembang antara tahun 2008 dan 2021. Bahkan jumlahnya melonjak dalam beberapa tahun terakhir karena lebih banyak yang berjuang untuk membayar kembali pinjaman yang dihabiskan untuk membangun infrastruktur "Belt and Road".

Menurut laporan yang dirilis oleh para peneliti dari Bank Dunia, Harvard Kennedy School, AidData dan Kiel Institute for the World Economy, hampir 80% dari pinjaman dilakukan antara 2016 dan 2021, terutama ke negara-negara berpenghasilan menengah termasuk Argentina, Mongolia dan Pakistan.

Baca Juga: Begini Efek Krisis Perbankan di AS Terhadap Pasar Kripto

China telah meminjamkan ratusan miliar dolar untuk membangun infrastruktur di negara-negara berkembang, tetapi pinjaman telah berkurang sejak 2016 karena banyak proyek gagal membayar dividen keuangan yang diharapkan.

China sedang menegosiasikan restrukturisasi utang dengan negara-negara termasuk Zambia, Ghana dan Sri Lanka dan telah dikritik karena menjalankan proses tersebut. Sebagai tanggapan, China telah meminta Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk juga menawarkan keringanan utang.

Baca Juga: Krisis Perbankan di Amerika Serikat Beri Efek Positif ke Harga Bitcoin



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×