Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Serangan Massa untuk Tekan Ukraina dalam Negosiasi
Skibitskyi juga membeberkan estimasi produksi drone Rusia, yang digunakan untuk menyerang sistem energi Ukraina.
Ia mengatakan, pada 2025 Rusia dapat memproduksi sekitar 70.000 drone jarak jauh, termasuk 30.000 drone Shahed.
“Mereka dulu hanya meluncurkan 30 drone per bulan, sekarang 30 drone bisa menyerang satu target,” katanya.
Ia memperkirakan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina akan terus berlanjut sepanjang musim dingin, sebagai upaya Rusia memperlemah posisi Kyiv dalam potensi negosiasi damai.
Ia menambahkan, jika Rusia berhasil merebut kota Pokrovsk yang saat ini menjadi lokasi pertempuran jalanan, mereka kemungkinan akan melanjutkan ofensif menuju batas wilayah Donetsk.
Baca Juga: CEO Walmart Doug McMillon akan Pensiun, Ini Sosok Penggantinya
Korea Utara Produksi Drone Sendiri
Skibitskyi mengatakan suplai jutaan peluru artileri dari Korea Utara membantu Rusia mempertahankan laju tembakan pada 2024.
Namun pasokan kini turun lebih dari separuh karena stok Pyongyang menipis. Total sekitar 6,5 juta peluru dikirim sejak 2023.
Ia mencatat tidak ada pengiriman peluru dari Korea Utara pada September, sementara sebagian kecil terjadi pada Oktober.
Setengah dari peluru yang dikirim terlalu tua sehingga harus direkondisi di pabrik Rusia.
Selain itu, Korea Utara disebut telah memulai produksi massal drone FPV jarak dekat dan drone serang jarak menengah di wilayahnya sendiri.
Ribuan tentara Korea Utara tahun lalu dilaporkan bertempur mendukung Rusia di wilayah Kursk, setelah serangan Ukraina yang bertujuan mengalihkan tekanan dari front lain.
Korea Utara mengakui keterlibatannya dan menyebut partisipasinya sebagai upaya menjaga perdamaian dunia menghadapi “agresi Barat,” namun tidak memberikan detail lebih lanjut.













