Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Pesan politik untuk Moskow dan Beijing
Sejumlah analis menilai langkah Trump lebih bersifat politis, untuk mengirim sinyal ketegasan kepada Rusia dan China menjelang pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan.
Dalam unggahannya, Trump menyebut perintah pengujian diberikan agar AS “berada pada posisi setara” dengan kedua negara tersebut.
Rusia belakangan memang melakukan serangkaian uji senjata berdaya nuklir baru. Presiden Vladimir Putin memperingatkan bahwa jika negara lain memulai uji coba nuklir, Moskow juga akan melakukannya.
China, yang tengah memperluas arsenal nuklirnya, menolak ajakan AS untuk melakukan pembicaraan pengendalian senjata, dengan alasan kapasitas nuklirnya masih jauh lebih kecil dibanding AS dan Rusia.
“Jika tujuannya untuk menekan China agar mau bernegosiasi, kemungkinan besar itu tidak akan berhasil,” ujar James Acton, Direktur Program Kebijakan Nuklir di Carnegie Endowment for International Peace.
Baca Juga: Mengapa Harga Emas Capai US$4.000? Ini Dampak Kebijakan The Fed & Perang Dagang
Risiko bagi Amerika sendiri
Yayasan Ploughshares Fund memperingatkan bahwa mengakhiri moratorium justru akan menguntungkan negara pesaing AS karena memberi mereka alasan untuk melakukan hal serupa.
“Kembalinya AS pada uji coba nuklir hanya akan membantu pesaingnya mengejar ketertinggalan dalam riset dan pengembangan senjata,” tulis lembaga tersebut.
Departemen Energi AS diketahui memiliki situs uji coba di Nevada yang secara hukum harus siap digunakan dalam waktu 36 bulan jika dibutuhkan.
Namun senator asal Nevada, Jacky Rosen, menegaskan penolakannya terhadap kemungkinan uji coba di wilayahnya.
“Negara bagian saya sudah cukup menderita akibat uji coba nuklir selama 1951–1992. Saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi,” tegas Rosen.


/2020/09/15/1866758609.jpg) 
  
  
  
  
  
  
  
  
  
 










