Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Dua bursa pertukaran bitcoin terbesar di dunia, Huobi dan Binance telah menghentikan pendaftaran baru untuk pengguna di China. Salah satu perusahaan bahkan akan menghentikan akun yang sudah berjalan saat ini. Langkah tersebut merupakan tindakan untuk mematuhi larangan transaksi kripto terbaru dari Beijing.
Huobi dan Binance telah berhenti memberi izin pedagang menggunakan nomor ponsel China daratan untuk mendaftarkan akun baru. Ini setelah People's Bank of China mengatakan pada Jumat (24/9), semua transaksi terkait kripto akan dianggap sebagai aktivitas keuangan terlarang.
Pendaftaran baru masih tersedia untuk pengguna Hong Kong di kedua platform, tetapi China daratan tidak lagi menjadi pilihan untuk pembuatan akun baru. Huobi juga bahkan telah mengumumkan rencana untuk menutup akun yang ada pada akhir tahun.
Baca Juga: China melarang semua transaksi kripto dan bakal membasmi penambangan aset digital
“Untuk mematuhi hukum dan peraturan setempat, Huobi Global telah menghentikan pendaftaran akun untuk pengguna baru di Tiongkok Daratan,” efektif 24 September. Huobi Global secara bertahap akan menghentikan akun pengguna China Daratan yang ada pada akhir Desember dan memastikan keamanan aset pengguna," kata Huobi dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Bloomberg, Minggu (26/9).
Seorang juru bicara Binance mengatakan, perusahaan tidak memiliki operasi pertukaran di China dan memblokir IP China. “Binance menjalankan kewajiban kepatuhannya dengan sangat serius dan berkomitmen untuk mengikuti persyaratan regulator lokal di mana pun kami beroperasi,” kata juru bicara Binance melalui surat elektronik.
Pengumuman terbaru China dikeluarkan oleh bank sentral bersama dengan sembilan lembaga pemerintah lainnya termasuk kementerian keamanan publik. Ini adalah puncak dari upaya penumpasan terhadap kebangkitan Bitcoin dan rekan-rekannya selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Beijing Bersumpah Membasmi Penambangan Kripto Secara Nasional, Bitcoin dkk Rontok
Bursa luar negeri yang menargetkan pengguna China, juga dilarang mempekerjakan warga lokal untuk peran mulai dari pemasaran hingga penyelesaian pembayaran dan teknologi bitcoin.
Pada tahun 2017, China mengatakan kepada bursa kripto lokal untuk berhenti menjadi tuan rumah perdagangan antara uang fiat dan token kripto. Itu memaksa Huobi dan Binance untuk mendirikan tempat transaksi kripto di yurisdiksi yang lebih bersahabat seperti Singapura dan Malta untuk platform perdagangan utama mereka.
Namun, pengguna China telah dapat mengakses layanan mereka termasuk perdagangan over-the-counter dan transaksi crypto-to-crypto.
Pada bulan Juni, Huobi melarang pengguna China yang sudah ada untuk memperdagangkan produk berisiko seperti derivatif, setelah kabinet China menyerukan pembatasan baru pada perdagangan dan penambangan kripto.
Tidak ada indikasi bahwa pengguna China dilarang sama sekali dari Huobi dan Binance, yang secara luas dianggap sebagai dua dari tiga pertukaran kripto besar yang berasal dari China, bersama dengan OKEx.
“Meskipun ini tidak mengejutkan karena China telah ‘melarang’ crypto berkali-kali di masa lalu, kali ini tidak ada ambiguitas. Transaksi kripto dan semua jenis layanan kripto dilarang di China. Tidak ada ruang untuk diskusi. Tidak ada wilayah abu-abu,” kata Henri Arslanian, pemimpin dan mitra crypto PwC, di Twitter.
Baca Juga: Harga uang kripto Dogecoin hingga September ini naik 4.500%, apa bisa tumbuh lagi?
Regulator juga menetapkan bahwa stablecoin Tether, bersama dengan Bitcoin, Ether, dan cryptocurrency lainnya, bukanlah mata uang resmi alias ilegal. Ini adalah pengakuan baru tentang peran yang dimainkan stablecoin dalam perdagangan crypto-to-crypto.
Kebijakan baru China itu membuat Bitcoin anjlok 8,9% pada hari Jumat menjadi sekitar US$ 40.700, tetapi tetap dalam kisaran perdagangan baru-baru ini dan memulihkan beberapa kerugian langsung selama akhir pekan akibat tersengat isu krisis Evergrande.