Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Arah Arus Modal Mulai Berbalik
China, Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura menyimpan tumpukan besar cadangan devisa dalam bentuk dolar AS — senilai triliunan dolar.
Di China saja, simpanan valuta asing di perbankan mencapai US$ 959,8 miliar per akhir Maret 2025, tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Di luar cadangan resmi, banyak dana investasi dan dana pensiun Asia juga menggenggam aset dolar AS, namun dengan lindung nilai (hedging) yang terbatas akibat biaya yang tinggi. Kini, tren itu mulai bergeser.
Goldman Sachs dalam catatannya menyebut investor global mulai berbalik dari posisi jual yuan ke posisi beli, artinya mereka mulai menjual dolar AS dengan ekspektasi pelemahan lebih lanjut.
Salah satu strategi populer di pasar, yaitu membeli dolar murah lewat kontrak forward di Hong Kong (yang dikenal sebagai “perdagangan gratis yang tak pernah gagal”), kini juga berbalik arah.
Ketergantungan terhadap kestabilan kurs dolar Hong Kong tidak lagi memberi hasil seperti dulu.
Baca Juga: Rupiah Dibuka Melemah ke Rp 16.478 Per Dolar AS Hari Ini (6/5), Seluruh Asia Tertekan
"Pelaku hedge fund dan investor leverage memegang ratusan miliar dolar di perdagangan forward HKD, dan kini mulai melepas posisi mereka," ungkap Mukesh Dave, CIO Aravali Asset Management yang berbasis di Singapura.
Sementara itu, bank sentral de facto Hong Kong pada Senin lalu menyatakan telah mengurangi durasi kepemilikan obligasi AS dan mendiversifikasi eksposur mata uang ke luar dolar AS.
Di pasar obligasi Asia, penguatan imbal hasil menunjukkan bahwa dana eksportir dan investor institusi jangka panjang mulai kembali ke rumah.
“Wacana repatriasi kini menjadi kenyataan,” ujar Parisha Saimbi, pakar strategi FX dan obligasi Asia Pasifik di BNP Paribas, Singapura. “Dalam bentuk apa pun, ini menunjukkan bahwa dukungan terhadap dolar AS mulai bergeser dan menunjukkan tren menurun — ada proses de-dolarisasi yang sedang berlangsung.”
UBS memperkirakan, jika perusahaan asuransi Taiwan menaikkan rasio lindung nilai ke rata-rata 2017–2021, maka potensi aksi jual dolar AS bisa mencapai US$ 70 miliar.
Bank sentral Taiwan telah berjanji menstabilkan nilai tukar, bahkan Presiden Taiwan turun tangan lewat pesan video, menegaskan isu nilai tukar tidak dibahas dalam negosiasi dagang dengan AS.
Namun pasar tampaknya sudah berbicara lewat aksi mereka.
“USD/TWD adalah seperti kanari di tambang batu bara,” ujar Brent Donnelly, Presiden Spectra Markets.
“Permintaan Asia terhadap dolar AS dan keinginan bank sentral Asia mendukung dolar mulai memudar.”