kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.098.000   -17.000   -0,80%
  • USD/IDR 16.571   109,00   0,66%
  • IDX 8.008   -16,75   -0,21%
  • KOMPAS100 1.116   -7,41   -0,66%
  • LQ45 809   -5,92   -0,73%
  • ISSI 276   0,10   0,04%
  • IDX30 421   -3,05   -0,72%
  • IDXHIDIV20 483   -7,14   -1,46%
  • IDX80 123   -0,71   -0,57%
  • IDXV30 132   -1,87   -1,40%
  • IDXQ30 134   -2,10   -1,54%

Kritik Trump, Obama Sebut AS Hadapi Krisis Politik Pasca-Pembunuhan Charlie Kirk


Kamis, 18 September 2025 / 14:26 WIB
Kritik Trump, Obama Sebut AS Hadapi Krisis Politik Pasca-Pembunuhan Charlie Kirk
Mantan Presiden AS Barack Obama menilai negeri Paman Sam tengah menghadapi krisis politik usai pembunuhan aktivis konservatif Charlie Kirk.


Sumber: The New York Times | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama menilai negeri Paman Sam tengah menghadapi krisis politik usai pembunuhan aktivis konservatif Charlie Kirk. Ia mengkritik cara Presiden Donald Trump dan sekutunya memanfaatkan tragedi itu untuk menyerang lawan politik.

Berbicara dalam forum Jefferson Educational Society Global Summit di Erie, Pennsylvania, Obama tidak menyebut nama Trump secara langsung. 

Namun ia menyinggung sikap sang presiden yang kerap melabeli lawan politik sebagai “hama” atau musuh yang harus “dihabisi.” Menurut Obama, retorika semacam itu memperburuk polarisasi di masyarakat.

“Ketika saya mendengar bukan hanya presiden saat ini, tapi juga para pembantunya, menyebut lawan politik sebagai ‘vermin’ atau musuh yang harus ditarget, itu menunjukkan persoalan lebih besar yang kita hadapi bersama,” kata Obama.

Baca Juga: Viral Komentar J.K. Rowling Pasca Pembunuhan Charlie Kirk, Apa Katanya?

Kirk tewas ditembak pekan lalu saat menghadiri acara di sebuah universitas di Utah. Jaksa pada Selasa (16/9) mendakwa Tyler Robinson (22) sebagai pelaku pembunuhan dan menyatakan akan menuntut hukuman mati. 

Dalam dokumen dakwaan, Robinson mengaku menembak Kirk karena tidak tahan dengan ujaran kebencian yang disebarkan aktivis konservatif itu.

Obama menyebut kematian Kirk sebagai tragedi mengerikan. Namun ia menekankan, perbedaan pandangan politik seharusnya tetap bisa diperdebatkan secara terbuka. 

“Baik Demokrat, Republik, maupun independen, kita harus menyadari bahwa di kedua sisi ada orang-orang ekstrem yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar Amerika,” ujarnya.

Membandingkan dengan masa pemerintahannya, Obama menyebut sejumlah pemimpin Republik seperti George W. Bush, John McCain, hingga Mitt Romney memiliki komitmen untuk mempersatukan bangsa.

Baca Juga: FBI: Tersangka Penembak Charlie Kirk Tinggalkan Catatan Ancaman

“Apa yang saya maksud bukanlah nilai Demokrat atau Republik. Itu adalah nilai Amerika. Dan pada saat seperti ini, tugas seorang presiden adalah menyatukan rakyat,” tambahnya.

Obama menilai situasi saat ini telah menjelma “krisis politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Ia mencontohkan saat menghadapi tragedi penembakan gereja di Charleston pada 2015. Menurutnya, sebagai presiden, ia tidak menggunakan kejadian itu untuk menyerang lawan politik.

Sementara itu, Trump dan penasihatnya justru menuding “radikal kiri” berada di balik pembunuhan Kirk, dan berjanji akan menindak kelompok yang dianggap memicu kekerasan politik. 

Trump bahkan sempat menyebut kemarahan kelompok “radikal kanan” bisa dimaklumi karena tujuan mereka adalah menekan kejahatan.

Beberapa bulan terakhir, Obama semakin vokal mengkritik Trump, termasuk soal serangan terhadap independensi pengadilan, kebebasan pers, hingga hak untuk berdemonstrasi. 

Ia memperingatkan, Amerika Serikat tengah “tergelincir ke arah yang tidak konsisten dengan demokrasi” dan semakin menyerupai negara otoriter.

Baca Juga: Tersangka Penembakan Charlie Kirk Simpan Pesan Nyeleneh di Selongsong Peluru

Obama juga menyoroti perguruan tinggi yang ditekan pemerintahan Trump lewat ancaman pemotongan dana federal. Ia meminta kampus mempertahankan kebebasan akademik.

Tak hanya itu, Obama menilai Partai Demokrat perlu lebih berani melawan kebijakan Trump. Dalam sebuah acara penggalangan dana Juli lalu, ia mengingatkan Demokrat agar berhenti “meratap” dan segera memperkuat perlawanan. 

“Ini membutuhkan sedikit ketegasan,” ujarnya.

Ia pun menyambut baik langkah sejumlah Demokrat, seperti legislator Texas yang menentang peta distrik baru hasil dorongan Trump, maupun Gubernur California Gavin Newsom yang berupaya mengimbangi manuver politik Republik. 

Selanjutnya: Resmi Jadi Menpora Baru, Ini Profik Erick Thohir Berserta Jejak Karirnya

Menarik Dibaca: Apa yang Terjadi Pada Tubuh Ketika Makan Nanas secara Rutin?




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×