kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.866.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.535   -35,00   -0,21%
  • IDX 7.040   60,28   0,86%
  • KOMPAS100 1.021   8,73   0,86%
  • LQ45 796   9,34   1,19%
  • ISSI 222   1,58   0,72%
  • IDX30 416   6,84   1,67%
  • IDXHIDIV20 491   8,63   1,79%
  • IDX80 115   1,37   1,20%
  • IDXV30 117   0,85   0,73%
  • IDXQ30 136   2,16   1,62%

Kulitnya buat obat, lebih dari setengah populasi keledai terancam


Jumat, 22 November 2019 / 04:00 WIB
Kulitnya buat obat, lebih dari setengah populasi keledai terancam


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - LONDON. Permintaan kulit keledai dari China untuk bahan baku obat tradisional bisa menghapus lebih dari setengah populasi hewan bernama Latin Equus asinus ini di dunia dalam lima tahun ke depan.

Donkey Sanctuary yang berbasis di Inggris menyebutkan, hampir lima juta kulit keledai digunakan setiap tahun untuk membuat ejiao, gel yang diyakini di China sebagai obat untuk pilek hingga penuaan

Menurut Donkey Sanctuary, Ejiao dulunya adalah milik kaisar tetapi sekarang sangat dicari oleh kelas menengah yang sedang berkembang, dengan produksi tumbuh 20% setiap tahun selama periode 2013 hingga 2016.

Baca Juga: Gara-gara krisis daging babi, China cabut larangan impor unggas AS

Populasi keledai di Tiongkong merosot 76% sejak 1992. Dan, negeri tembok raksasa mengimpor sebagian besar kulit keledai terutama dari pedagang di Amerika Selatan, Afrika, serta Asia.

Saat ini, organisasi amal yang bertujuan untuk mengubah kualitas hidup keledai tersebut menyatakan, ada sekitar 45,8 juta keledai di dunia.

"Perdagangan kulit keledai telah mengakibatkan penderitaan dalam skala yang sangat besar dan tidak bisa diterima," kata Kepala Eksekutif Donkey Sanctuary Mike Baker, Kamis (21/11), seperti dikutip Channelnewsasia.com.

Para peneliti Donkey Sanctuary mendokumentasikan kondisi pemrosesan yang tidak higienis dan tak manusiawi. Termasuk, keledai yang dipukul dengan kasar di bagian kepala saat masih tersadar di salah satu rumah jagal di Tanzania.

Di sebuah fasilitas penampungan di Brasil, hewan-hewan yang kekurangan gizi disimpan di kandang yang sama, dengan ratusan bangkai keledai yang sudah mencemari satu-satunya sumber air yang tersedia.

"Menempatkan keledai yang tersisa dalam risiko penyakit menular atau dehidrasi parah," sebut peneliti Donkey Sanctuary dalam laporannya.

Baca Juga: Ini penyebab ular liar di California hidup bak mumi

Para peneliti Donkey Sanctuary memperingatkan, rantai pasokan yang sebagian besar tidak diatur untuk memenuhi permintaan yang berkembang pesat bisa membahayakan konsumen ejiao, juga berkontribusi terhadap penyebaran penyakit.

"Kondisi kebersihan yang tidak memadai meningkatkan risiko vektor yang terinfeksi seperti serangga, mungkin juga ada pada produk," imbuh peneliti Donkey Sanctuary dalam laporan mereka.

Masyarakat yang tinggal di dekat rumah jagal keledai di Kenya dan Botswana juga telah melaporkan lubang limbah yang terpapar berisi bangkai keledai, setelah mengambil kulitnya. Ini mencemari pasokan air lokal dan menggundang hama.

Peneliti Donkey Sanctuary menambahkan, tekanan pada pemasok juga menyebabkan peningkatan pencurian keledai, mengancam mata pencaharian 500 juta orang di dunia yang tergantung pada hewan untuk mengangkut barang dan pekerjaan pertanian.

Baca Juga: Tiru China, pemerintah berencana sewakan hewan langka ke negara lain

Tapi, sejumlah negara mulai berbalik melawan perdagangan kulit keledai. Botswana, Senegal, Mali, Burkina Faso, dan Gambia memberlakukan pembatasan penjualan kulit keledai.

Sementara Zimbabwe memblokir rumah jagal keledai swasta yang sedang dalam proses pembangunan. Kemudian Ethiopia menutup satu-satunya tempat penjagalan yang masih berfungsi.

Donkey Sanctuary mengatakan, industri ejiao di China harus bergerak menuju sumber bahan baku yang lebih berkelanjutan, termasuk kolagen yang berasal dari keledai yang ditumbuhkan di laboratorium.



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×