kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Laporan Oxfam: Pajak perparah kesenjangan antara orang kaya dan miskin secara global


Minggu, 27 Januari 2019 / 18:00 WIB
Laporan Oxfam: Pajak perparah kesenjangan antara orang kaya dan miskin secara global


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - DAVOS. Kesenjangan antara masyarakat kaya dan miskin semakin tinggi secara global. Badan amal Oxfam International baru saja merilis laporan yang menunjukkan sistem pajak yang membebani masyarakat miskin guna memenuhi dana pelayanan publik.

Direktur Eksekutif Oxfam Winnie Byanyima bilang kesenjangan ini memicu kemarahan publik secara global.

Badan amal yang bermarkas di Nairobi itu melaporkan miliarder baru diciptakan setiap dua hari sepanjang 2018. Sama halnya dengan separuh penduduk termiskin di dunia menyaksikan penurunan kekayaan mereka sebesar 11%.

Laporan tersebut, yang dirilis pada hari Senin ketika para pemimpin politik dan bisnis berkumpul untuk Forum Ekonomi Dunia tahunan di Davos, Swiss, mengatakan pemerintah semakin kekurangan dana layanan publik dan gagal untuk menekan pendanaan lewat pajak.

"Orang miskin menderita dua kali karena kehilangan layanan dasar dan juga membayar pajak yang lebih tinggi," kata Byanyima, mengutip Reuters, pada Minggu (27/1).

Lanjut Byanyima, nasib miliarder meningkat 12% tahun lalu, atau US$ 2,5 miliar per hari. Sedangkan 3,8 miliar orang termiskin melihat kekayaan mereka turun US$ 500 juta setiap hari.

Badan amal itu mengatakan tarif pajak untuk orang kaya dan perusahaan telah dipotong dalam beberapa dekade terakhir.

Padahal pemerintah gagal memajaki orang kaya. Namun pemerintah membebankan pajak kepada orang miskin melalui pungutan konsumen seperti pajak pertambahan nilai.

"Pajak tidak langsung seperti itu, pajak garam, gula atau sabun, dasar-dasar yang orang butuhkan. Maka orang miskin membayar relatif lebih banyak dari pendapatan mereka daripada orang kaya," tutur Byanyima.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×