kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.340.000   -1.000   -0,04%
  • USD/IDR 16.728   3,00   0,02%
  • IDX 8.449   34,60   0,41%
  • KOMPAS100 1.169   5,56   0,48%
  • LQ45 849   3,28   0,39%
  • ISSI 295   1,76   0,60%
  • IDX30 442   1,63   0,37%
  • IDXHIDIV20 511   0,66   0,13%
  • IDX80 131   0,76   0,59%
  • IDXV30 135   0,13   0,09%
  • IDXQ30 141   0,19   0,14%

Larangan Media Sosial Remaja, Kreator Konten Australia Melirik Pasar Luar Negeri


Senin, 24 November 2025 / 08:47 WIB
Larangan Media Sosial Remaja, Kreator Konten Australia Melirik Pasar Luar Negeri
ILUSTRASI. Cara mudah download video Youtube tanpa aplikasi. 


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Jordan Barclay, bintang YouTube asal Melbourne, membangun kerajaan konten gaming bernilai US$50 juta sebelum usianya 23 tahun, dengan 23 juta pelanggan di tujuh kanalnya, termasuk EYstreem, Chip and Milo, dan Firelight.

Namun, dengan diberlakukannya larangan media sosial bagi anak-anak di bawah 16 tahun mulai 10 Desember mendatang, Barclay mempertimbangkan untuk pindah studio dan beroperasi di luar negeri.

“Kami akan pindah ke luar negeri karena di situlah uangnya berada,” kata Barclay dilansir dari Reuters Senin (24/11/20255).

“Kami tidak bisa terus berbisnis jika pengiklan meninggalkan Australia.”

Baca Juga: Dolar Stabil Senin (24/11) Pagi, Fokus pada Yen Jelang Thanksgiving

Wawancara Reuters dengan sembilan pelaku industri media sosial Australia, yang diperkirakan menghasilkan pendapatan tahunan A$9 miliar (US$5,82 miliar), menunjukkan larangan ini berpotensi menurunkan jumlah pengiklan dan tayangan, meski belum bisa dipastikan seberapa besar dampaknya.

YouTuber yang mendapat 55% dari pendapatan iklan dan hingga 18 sen Australia per 1.000 tayangan bisa terdampak paling besar, kata peneliti media sosial Susan Grantham dari Griffith University.

“Jika akun-akun ini hilang sekaligus, ekonomi influencer akan terdampak instan,” ujarnya.

Undang-undang ini mewajibkan perusahaan memblokir akun lebih dari satu juta anak di bawah batas usia, dengan sanksi hingga A$49,5 juta untuk pelanggaran sistemik.

Remaja tetap bisa menonton YouTube tanpa akun, tetapi algoritma situs tidak lagi mendorong tayangan populer, sehingga menurunkan jumlah views.

Baca Juga: Bursa Australia Melesat 1,1% Senin (24/11) Pagi, BHP Naik Setelah Batalkan Merger

Kehilangan pengikut akan berdampak pada penghasilan kreator di YouTube, TikTok, dan Instagram melalui promosi dan sponsor, kata Grantham.

Pengiklan pun khawatir dengan kampanye yang menargetkan audiens muda, tambah Stephanie Scicchitano, General Manager Born Bred Talent.

Kesepakatan Sponsorship Menurun Jelang Larangan

Perusahaan Barclay, Spawnpoint Media, menjual iklan untuk Lego dan Microsoft, tetapi minat sponsor mulai menurun menjelang penerapan larangan.

“Mereka khawatir apa arti larangan ini ke depan. Kalau meluas, masuk akal bagi kami untuk berinvestasi di luar negeri,” katanya.

Amerika Serikat menjadi salah satu opsi karena regulasi lebih ramah dan dukungan pemerintah.

Baca Juga: Lionel Messi Bersinar, Inter Miami Lolos ke Final Timur Pertama

Beberapa kreator, seperti keluarga Empire Family, telah memilih pindah ke Inggris. Karier kreator yang menampilkan anak-anak di bawah 16 tahun, termasuk vlogger keluarga, paling berisiko, kata Crystal Abidin, Direktur Influencer Ethnography Research Lab.

Musisi anak-anak Tina dan Mark Harris dari kanal Lah-Lah yang memiliki 1,4 juta subscriber mengaku penghasilan mereka akan terdampak, namun kekhawatiran utama mereka adalah reputasi yang mungkin tercoreng akibat pemerintah menggambarkan YouTube berbahaya bagi anak-anak.

Awalnya YouTube dikecualikan dari larangan, tetapi kemudian dimasukkan atas dorongan regulator internet Australia karena 37% anak-anak melaporkan menemukan konten berbahaya di platform ini.

Shannon Jones, pemilik kanal Bounce Patrol dengan lebih dari 33 juta subscriber, menilai larangan ini merugikan kreator konten anak berkualitas tinggi.

Junpei Zaki, kreator Byron Bay dengan 22 juta pengikut di TikTok dan YouTube, memperkirakan larangan ini akan menurunkan jumlah likes dan komentar dari pengguna Australia.

Baca Juga: Tren Baru Pariwisata Singapura: Dari Retail ke Kuliner, Hiburan, dan Atraksi

Meski dampaknya kecil bagi jangkauan globalnya, kreator kecil dengan audiens domestik akan terdampak lebih berat.

Di Sydney Barat, Dimi Heryxlim, 15 tahun, pemilik gerai makanan House of Lim, membangun pengikut lewat vlog kesehariannya di TikTok dan Instagram.

Kehilangan akses akun akan berdampak buruk bagi bisnisnya, namun ia berencana kembali aktif setelah berusia 16 tahun.

“Kalau tidak bisa mengembalikan akun, saya akan buat akun baru dan mulai lagi dari awal,” kata Dimi.

Selanjutnya: Daftar Harga Emas Antam Hari Ini (24/11): Turun Rp 1.000 Jadi Rp 2.340.000 Per Gram

Menarik Dibaca: 6 Rekomendasi Variety Show Traveling Korea untuk Inspirasi Liburan Anda




TERBARU

[X]
×