kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Laut China Selatan membara, peluang lepas tembakan sambil poles senjata meningkat


Kamis, 27 Agustus 2020 / 23:55 WIB
Laut China Selatan membara, peluang lepas tembakan sambil poles senjata meningkat


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) menggelar empat latihan militer di tiga wilayah laut utama Tiongkok sejak akhir pekan lalu hingga akhir minggu ini.

Latihan militer China berlangsung di Laut China Selatan, Laut Kuning, dan Laut Bohai. Ini berarti, Taiwan akan dikelilingi oleh latihan PLA dari Utara hingga Selatan.

Ni Lexiong, pakar militer China, mengatakan, latihan militer PLA secara bersamaan sangat jarang dan mungkin pertama kalinya dilakukan pada waktu yang sama.

Baca Juga: Ketegangan di Laut China Selatan, Taiwan: Risiko konflik tidak disengaja meningkat

“Dengan melakukan latihan secara bersamaan di tiga lautan, berarti China sedang menguji kemampuannya untuk melawan musuh yang datang dari tiga arah secara bersamaan, misalnya, dari Taiwan, dari Jepang, dan dari Amerika Serikat (AS) dari Selatan,” katanya.

"Secara historis, latihan yang sering adalah prediktor perang yang jelas," ujar profesor di Universitas Ilmu Politik dan Hukum Shanghai kepada Reuters.

Sumber-sumber keamanan dan diplomatik yang berbasis di Taiwan mengatakan, peluang untuk "melepaskan tembakan sambil memoles senjata", pepatah China untuk pertemuan yang tidak disengaja yang memicu konflik yang lebih luas, meningkat.

Baca Juga: Beri pesan ke AS, China luncurkan rudal pembunuh kapal induk ke Laut China Selatan

Terutama, karena peningkatan aktivitas militer AS dan China di wilayah tersebut. “Tidak ada pihak yang ingin memulai konflik. Fundamentalnya tidak banyak berubah,” kata seorang diplomat Barat yang mengamati kegiatan militer di Selat Taiwan kepada Reuters.

"Tetapi, aktivitas yang sering dilakukan meningkatkan kemungkinan terjadinya konflik yang tidak disengaja," imbuh diplomat itu.

AS mengirim kapal perang melalui Selat Taiwan bulan ini, beberapa hari setelah dua kapal induk mereka melakukan latihan di Laut China Selatan yang disengketakan. 

Dan, minggu ini China melayangkan protes keras atas kehadiran pesawat mata-mata AS yang mengamati latihan tembakan langsung PLA.

Baca Juga: Terlibat militerisasi di Laut China Selatan, AS jatuhkan sanksi ke BUMN Tiongkok

Sementara rudal darat-ke-udara Taiwan telah melacak pesawat tempur China yang mendekati wilayah mereka, perincian yang biasanya tidak mereka berikan, ketika Menteri Kesehatan AS Alex Azar mengunjungi pulau itu bulan ini.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pada Selasa (25/8), semakin dekat jet China ke wilayahnya, Taipei "lebih aktif" merespons, meskipun itu tidak akan "meningkatkan konflik" atau "memicu insiden".

Sedang Kementerian Luar Negeri China mengatakan dalam pernyataan yang dikirim ke Reuters: "Kami memiliki tekad dan kemampuan untuk menghentikan aktivitas apa pun yang bertujuan untuk memisahkan Taiwan dari China".

Baca Juga: Berlayar 18 hari, kapal serbu amfibi Tipe 075 China selesai uji coba perdana

Seorang pejabat senior AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, menyatakan, China menjadi lebih tegas dan lebih agresif di kawasan itu. Sehingga, ada kekhawatiran militer Tiongkok bisa salah perhitungan, yang menyebabkan konsekuensi yang tidak terduga.

"Ini adalah masalah yang lebih luas dari Taiwan dan lebih luas dari sekadar Amerika Serikat," kata pejabat itu ke Reuters.

"Saya berpendapat, ada banyak negara yang berpikiran sama di kawasan ini, yang melihat dengan cemas dan semakin khawatir tentang garis tren yang muncul dari Beijing," ujar pejabat AS tersebut.

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, risiko konflik yang tidak disengaja meningkat karena ketegangan di Laut China Selatan dan sekitar Taiwan. Karena itu, komunikasi harus dijaga untuk mengurangi risiko salah perhitungan.

Baca Juga: AS kirim pesawat pengintai, China: Setop provokasi telanjang!

"Risiko konflik membutuhkan pengelolaan yang cermat oleh semua pihak terkait. Kami berharap dan berharap, Beijing akan terus menahan diri sesuai dengan kewajiban mereka sebagai kekuatan regional utama," kata Tsai, Kamis (27/8), seperti dikutip Reuters.

"Oleh karena itu, kami percaya akan penting bagi semua pihak untuk menjaga jalur terbuka dan komunikasi untuk mencegah salah tafsir atau kesalahan perhitungan," imbuh dia.

Meski begitu, Tsai menyebutkan, Taiwan perlu memperkuat kemampuan pertahanannya, yang telah dia jadikan prioritas. "Kami melakukan ini karena kami tahu bahwa dalam konteks situasi kami saat ini, kekuatan dapat dikaitkan dengan pencegahan. Ini juga mengurangi risiko petualangan militer," katanya.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×