kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.902.000   -10.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.450   167,00   1,00%
  • IDX 6.816   48,94   0,72%
  • KOMPAS100 985   6,24   0,64%
  • LQ45 763   1,83   0,24%
  • ISSI 216   1,39   0,64%
  • IDX30 397   1,52   0,38%
  • IDXHIDIV20 474   2,31   0,49%
  • IDX80 111   0,22   0,20%
  • IDXV30 115   -0,82   -0,71%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Manufaktur Global Mengalami Kontraksi Tajam


Sabtu, 03 Mei 2025 / 00:07 WIB
Manufaktur Global Mengalami Kontraksi Tajam
ILUSTRASI. Pembuatan pipa seamless atau Oil Coutry Tobular Goods (OCTG) di PT Rainbow Tubulars Manufacture (RTM), anak usaha PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI) di Kota Batam, Rabu (20/11/2024).


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas manufaktur global mengalami tekanan berat pada April 2025. Tekanan dialami oleh Amerika Serikat  (AS) dan juga negara-negara di Asia karena lemahnya permintaan akibat kenaikan tarif di AS. 

Manufaktur AS mencatat penurunan terbesar dalam lima bulan, dengan indeks pabrik ISM turun 0,3 poin menjadi 48,7, dan indeks produksi anjlok lebih dari 4 poin ke 44. Tarif AS dan ketidakpastian kebijakan perdagangan mengganggu sektor industri Negeri Paman Sam ini. Hanya 11 industri yang ekspansi, sementara enam lainnya kontraksi.

Pesanan turun untuk bulan ketiga berturut-turut, dengan tumpukan pesanan berkurang cepat. Harga bahan baku naik ke level tertinggi sejak Juni 2022 meskipun biaya energi lebih murah. "Permintaan dan produksi menurun, sementara pengurangan tenaga kerja berlanjut karena lingkungan ekonomi yang tak pasti,” kata Timothy Fiore, ketua Komite Survei ISM, dilansir Bloomberg, Jumat (2/5).

Baca Juga: PMI Manufaktur Anjlok, Ancaman PHK Massal Meningkat

Data pemerintah AS juga menunjukkan penurunan jumlah pekerja di sektor manufaktur untuk pertama kalinya dalam tiga bulan.

Sementara itu, data pemerintah  AS menunjukkan bahwa jumlah pekerja di sektor manufaktur pada April telah turun untuk pertama kalinya dalam tiga bulan.

Indeks manajer pembelian (PMI) untuk raksasa manufaktur di kawasan Asia juga mengalami penurunan tajam  pada April karena ketidakpastian perdagangan global menyebabkan penurunan pesanan baru dan pengurangan produksi.

PMI Taiwan pada April tercatat 47,8,  terendah dalam 16 bulan dan tetap jauh di bawah angka 50 yang memisahkan ekspansi dan kontraksi. Bisnis baru turun untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun, yang mengarah pada penurunan output dan pembelian. 

Perusahaan-perusahaan di Taiwan menyebutkan permintaan yang lebih lemah baik di pasar domestik maupun di pasar ekspor utama di Asia dan Eropa, dengan beberapa di antaranya mengaitkan hal ini dengan kenaikan tarif oleh Trump.

Baca Juga: Kinerja Manufaktur Tertekan di Kuartal I, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Annabel Fiddes dari S&P Global Market Intelligence mengatakan bahwa dampak tarif AS dan ekspektasi pertumbuhan global yang lebih lambat juga menekan proyeksi untuk tahun yang akan datang. "Perusahaan-perusahaan umumnya mengantisipasi penurunan produksi dalam 12 bulan ke depan, dengan tingkat pesimisme yang paling terasa sejak Januari 2023." ujarnya. 

PMI Korea Selatan turun menjadi 47,5, angka terlemah sejak September 2022. Perusahaan-perusahaan di negara ini memilih untuk melakukan pemangkasan karena produksi menyusut pada bulan April dan proyeksi untuk tahun mendatang menjadi negatif.

Di Asia Tenggara, aktivitas pabrik juga menyusut di Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Filipina menjadi pengecualian pada bulan April, karena pemilu lokal yang akan datang mendorong PMI negara ini ke wilayah ekspansi pada angka 53, naik dari 49,4 pada bulan sebelumnya.

Selanjutnya: Kompetisi Peretasan Jadi Strategi China Kuasai Teknologi Dunia



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×