kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,87   -4,49   -0.48%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melihat kehidupan keturunan Jawa dan Muslim di Suriname


Minggu, 20 September 2020 / 12:30 WIB
Melihat kehidupan keturunan Jawa dan Muslim di Suriname


Penulis: Virdita Ratriani

Kelompok imigran Indonesia pertama berjumlah 94 orang tiba di Suriname pada 9 Agustus 1890 saat negara tersebut diduduki oleh Belanda.

Awalnya, hanya sebagian kecil dari para imigran Jawa di Suriname dapat berbahasa Belanda. Mereka juga belum mengenal bahasa masyarakat setempat, seperti Sranan Tongo, Hindi, Amerindian, dan Bushnegro. 

Para imigran umumnya bukan pekerja terlatih, terkecuali sejumlah kecil yang berprofesi sebagai petani, pekerja perusahaan gula, dan buruh perkebunan kopi atau coklat. Kondisi tersebut diperburuk oleh kenyataan bahwa para penguasa Belanda yang otokratik, tidak memberi kesempatan bagi imigran Jawa untuk berkembang.

Di samping itu, karena Indonesia pada saat itu masih berada di bawah kekuasaan Belanda, maka sebagian besar imigran Jawa tercatat sebagai warga Belanda. Tidak ada perwakilan khusus yang dapat menyalurkan aspirasi atau memberi perlindungan kepada masyarakat Jawa pada awal keberadaan mereka di Suriname. 

Baca Juga: Ini daftar terbaru Upper Middle Income Country, Indonesia bareng siapa?

Satu-satunya fasilitas yang dapat mereka nikmati adalah perlindungan kerja yang diberikan oleh para majikan mereka. Namun, para majikan ini pun, dalam peranannya sebagai ujung tombak perekonomian Belanda, lebih mengutamakan hasil kerja para buruh daripada meningkatkan standar hidup bawahannya. 

Ditinjau dari segi ini, maka pembukaan Komisariat Indonesia segera setelah proklamasi kemerdekaan RI, sangat penting bagi masyarakat keturunan Jawa di Suriname. Faktor lain penyebab keterbelakangan masyarakat keturunan Jawa ini adalah kuatnya memelihara pola kehidupan tradisionalnya. 

Mereka menolak setiap pengaruh asing atau Barat yang dipandang dapat merusak pola kehidupan yang mereka yakini. 

Beberapa orang keturunan Jawa baru dapat menduduki posisi yang agak terpandang setelah sekitar 30 tahun kedatangan mereka pertama kali. Misalnya, sebagai mandor tebu dan lurah di kawasan perkebunan, perawat, penerjemah, dan guru. 

Baca Juga: Viral kereta emas Belanda bergambar perbudakan di Indonesia, ini penjelasannya




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×