Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran virus flu burung H5N1 di kalangan hewan di Amerika Serikat telah menyebabkan kewaspadaan tinggi di kalangan para ahli kesehatan.
Meskipun virus ini diketahui memiliki tingkat kematian yang tinggi pada manusia, mutasi tunggal dapat menjadi pemicu utama terjadinya penularan manusia-ke-manusia yang jauh lebih mudah.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mutasi ini berpotensi membuat virus flu burung ini lebih mudah beradaptasi dengan reseptor manusia, membuka kemungkinan terjadinya pandemi yang lebih cepat.
Baca Juga: Burung Tertua di Dunia Kembali Menjadi Ibu, Bertelur pada Usia 74 Tahun
Apa Itu Virus H5N1 dan Mengapa Ia Berbahaya?
Mengutip sciencealert, H5N1 adalah strain virus flu burung yang dikenal karena kemampuannya untuk menginfeksi berbagai jenis hewan, termasuk unggas dan mamalia.
Sejak pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-20, virus ini telah menimbulkan kekhawatiran global, terutama karena dapat menular ke manusia dengan tingkat kematian yang sangat tinggi.
Saat ini, meskipun penularan antar manusia masih jarang, kewaspadaan terhadap kemungkinan mutasi yang memungkinkan penularan manusia-ke-manusia semakin meningkat.
Virus ini bekerja dengan menyerang sel-sel tubuh yang memiliki reseptor khusus, yakni tempat dimana virus dapat melekat dan memulai infeksi.
Pada manusia, reseptor tersebut berbeda dengan yang ditemukan pada hewan, membuat penularan antar manusia menjadi lebih sulit.
Namun, mutasi pada virus ini bisa mengubah kemampuan virus untuk mengenali reseptor manusia, yang berpotensi mengubah dinamika penularannya.
Baca Juga: Jadwal BAB Anda Mengungkap Banyak Hal Tentang Kesehatan, Ini Studi Terbarunya
Penemuan Mutasi Q226L: Sebuah Titik Balik dalam Penyebaran Virus
Penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari Scripps Research Institute di California mengungkapkan temuan penting terkait mutasi tunggal pada virus H5N1. M
utasi yang dikenal dengan nama Q226L ini terjadi pada protein hemagglutinin (HA), yang berfungsi untuk memungkinkan virus menempel pada sel inang.
Mutasi ini mengubah struktur protein sehingga memungkinkan virus untuk mengenali dan menempel pada reseptor tipe manusia, yang sebelumnya tidak dikenali oleh virus tersebut.
Menurut Ting-Hui Lin, penulis utama dari studi ini, mutasi ini memperlihatkan betapa mudahnya virus ini dapat berevolusi untuk mengenali reseptor tipe manusia.
"Penemuan ini menunjukkan bagaimana virus ini dapat berkembang dengan cepat untuk mengenali reseptor manusia, yang menjadi tanda peringatan penting terhadap potensi perubahan infeksi pada manusia," ujar Lin.
Baca Juga: Rahasia Warna Oranye pada Kucing Akhirnya Terungkap Setelah Pencarian Selama 60 Tahun
Dampak Potensial dari Mutasi pada Penularan Antar Manusia
Mutasi Q226L berpotensi memberikan virus H5N1 pijakan baru untuk berkembang biak pada sel manusia. Dengan kemampuan untuk mengenali reseptor manusia, virus ini bisa dengan mudah menempel pada sel-sel tubuh manusia, termasuk yang terdapat pada saluran pernapasan.
Hal ini membuka kemungkinan besar bagi penularan antar manusia melalui percakapan, batuk, atau bersin yang menghasilkan aerosol berisi virus.
"Mutasi ini memberikan virus pijakan pada sel manusia yang sebelumnya tidak ada, yang menjadikannya sebagai sinyal peringatan akan potensi penularan antar manusia," ungkap biokimiawan James Paulson.
Meskipun penularan antar manusia pada kasus flu burung H5N1 sebelumnya terbatas pada kontak erat dengan hewan terinfeksi, mutasi ini membuat penularan menjadi lebih mungkin terjadi di masa depan.
Baca Juga: Kafein, Senjata Tersembunyi untuk Melawan Kecanduan Alkohol
Pentingnya Pemantauan Terhadap Mutasi Genetik H5N1
Penemuan ini menekankan betapa pentingnya untuk terus memantau perubahan genetik pada virus H5N1.
Meskipun kemampuan virus untuk menempel pada reseptor manusia merupakan langkah penting dalam proses penularan antar manusia, para ilmuwan menegaskan bahwa perubahan lain juga mungkin diperlukan untuk sepenuhnya memungkinkan transmisi antar manusia.
"Penelitian kami tidak menunjukkan bahwa evolusi semacam ini sudah terjadi atau bahwa virus H5N1 saat ini dengan hanya mutasi ini dapat menular antar manusia," kata Lin.
Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana strain H5N1 yang dapat menular antar manusia akan berperilaku, baik dalam hal mekanisme penularan maupun stabilitasnya dalam tubuh manusia.
Baca Juga: Mengejutkan! Antartika Menjadi 10 Kali Lebih Hijau dalam 35 Tahun Terakhir
Langkah-Langkah Preventif untuk Menghindari Pandemi Global
Untuk mencegah terjadinya pandemi global yang lebih besar, para ilmuwan menyerukan pentingnya pemantauan secara terus-menerus terhadap mutasi virus flu burung.
Pemahaman yang lebih baik tentang perubahan genetik ini akan membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penularan antar manusia lebih awal dan memberikan informasi yang diperlukan untuk merespons secara tepat.
Biolog Ian Wilson menyatakan, "Penelitian semacam ini membantu kita memahami mutasi apa yang perlu diperhatikan dan bagaimana kita harus merespons secara tepat." Melalui pemantauan yang cermat dan penelitian lebih lanjut, kita dapat lebih siap menghadapi potensi penyebaran virus ini.