kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   5.000   0,26%
  • USD/IDR 16.260   -19,00   -0,12%
  • IDX 6.904   3,46   0,05%
  • KOMPAS100 1.002   -1,47   -0,15%
  • LQ45 762   -5,14   -0,67%
  • ISSI 228   0,95   0,42%
  • IDX30 393   -2,78   -0,70%
  • IDXHIDIV20 453   -3,10   -0,68%
  • IDX80 112   -0,45   -0,40%
  • IDXV30 114   -0,16   -0,14%
  • IDXQ30 127   -1,02   -0,80%

Negara-Negara Asia Mendesak AS beri Keringanan Tarif Sebelum Batas Waktu 1 Agustus


Selasa, 08 Juli 2025 / 20:17 WIB
Negara-Negara Asia Mendesak AS beri Keringanan Tarif Sebelum Batas Waktu 1 Agustus
ILUSTRASI. Dua raksasa ekonomi Asia, Jepang dan Korea Selatan, menyatakan akan segera memulai negosiasi intensif dengan Amerika Serikat. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua raksasa ekonomi Asia, Jepang dan Korea Selatan, menyatakan akan segera memulai negosiasi intensif dengan Amerika Serikat guna mengurangi dampak dari tarif impor baru yang akan diberlakukan Presiden Donald Trump mulai 1 Agustus mendatang.

Langkah ini merupakan respons atas pengumuman Trump pada Senin lalu bahwa 14 negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan, akan dikenai tarif ekspor baru, dengan rentang 25% hingga 40%, tergantung negara asal barang.

Tarik Ulur Negosiasi Jelang Tenggat Waktu

Meskipun kebijakan tarif tersebut sudah diumumkan, Trump memberikan jendela negosiasi selama tiga minggu sebelum implementasi penuh. Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Stephen Miran, mengatakan bahwa ia optimistis kesepakatan baru bisa dicapai sebelum akhir pekan ini.

“Namun, semuanya tergantung pada kesediaan negara-negara lain untuk membuat konsesi yang meyakinkan Presiden bahwa kesepakatan tersebut menguntungkan bagi Amerika,” ujar Miran kepada Fox News.

Baca Juga: Trump Jadi Bahan Cela Usai Salah Sapa Presiden Bosnia di Surat Tarif Dagangnya

Jepang Prioritaskan Industri Otomotif, Bukan Pertanian

Jepang, yang menjadi target tarif 25%, berharap mendapatkan pengecualian khusus untuk industri otomotifnya. Ryosei Akazawa, kepala negosiator perdagangan Jepang, mengatakan telah berbicara selama 40 menit melalui telepon dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan berkomitmen untuk terus bernegosiasi.

Namun Akazawa menegaskan, Jepang tidak akan mengorbankan sektor pertaniannya demi kesepakatan lebih awal, mengingat pertanian adalah sektor sensitif secara politik di dalam negeri.

Korea Selatan Fokus pada Hasil Saling Menguntungkan

Sementara itu, Korea Selatan juga berkomitmen untuk mempercepat dialog perdagangan dalam beberapa minggu ke depan.

“Kami akan memperkuat pembicaraan dagang untuk mencapai hasil yang saling menguntungkan,” kata juru bicara Kementerian Perdagangan Korea Selatan.

Ketika ditanya apakah tenggat waktu 1 Agustus itu bersifat mutlak, Trump menjawab, “Saya katakan itu tegas, tapi tidak 100% tegas. Jika mereka menelepon dan ingin mencoba pendekatan lain, kami akan terbuka.”

UE, India, dan Inggris Juga Berlomba Capai Kesepakatan

Uni Eropa, mitra dagang terbesar Amerika Serikat, juga berusaha mencapai kesepakatan sebelum batas waktu. Sumber diplomatik Eropa menyatakan bahwa fokus negosiasi saat ini adalah “rebalancing” dan konsesi terhadap beberapa industri ekspor utama seperti suku cadang pesawat, alat kesehatan, dan minuman keras.

Namun, Menteri Keuangan Jerman Lars Klingbeil memperingatkan bahwa Uni Eropa siap mengambil tindakan balasan jika kesepakatan tidak tercapai.

“Jika kami tidak mencapai kesepakatan dagang yang adil, Uni Eropa siap mengambil langkah balasan,” ujar Klingbeil di hadapan parlemen.

Hingga kini, hanya Britania Raya dan Vietnam yang telah menandatangani kesepakatan dagang dengan pemerintahan Trump. Trump juga menyebut bahwa kesepakatan dengan India hampir rampung.

Baca Juga: Jepang dan Korsel Negosiasi Ulang Tarif Trump, Dunia Berebut Waktu Sebelum 1 Agustus

Negara Berkembang Paling Terpukul

Tarif baru ini menyasar berbagai negara berkembang dengan tarif bervariasi:

  • 25% untuk Tunisia, Malaysia, Kazakhstan

  • 30% untuk Afrika Selatan, Bosnia

  • 32% untuk Indonesia

  • 35% untuk Serbia dan Bangladesh

  • 36% untuk Kamboja dan Thailand

  • 40% untuk Laos dan Myanmar

Kamboja, yang sebelumnya dikenakan tarif hingga 49% sejak April, menyambut baik penurunan tarif menjadi 36% dan berupaya agar bea masuk tersebut bisa diturunkan lagi.

Di sisi lain, Bangladesh sangat terpukul oleh kebijakan ini. Industri garmen siap pakai, yang menyumbang lebih dari 80% ekspor negara itu dan mempekerjakan 4 juta orang, terancam oleh tarif 35%.

“Ini benar-benar berita mengejutkan bagi kami,” ujar Mahmud Hasan Khan, Ketua Asosiasi Eksportir Garmen Bangladesh.

“Kami berharap tarifnya hanya 10%–20%. Ini akan menghantam industri kami sangat keras,” tambahnya.

Baca Juga: Trump Umumkan Tarif Baru 25%–40% untuk 14 Negara, Ini Daftar Lengkapnya!

Dampak Ekonomi Global: Risiko Stagflasi dan Ketidakpastian

Para ekonom memperingatkan bahwa gelombang baru perang dagang ini dapat memicu stagflasi yaitu perlambatan ekonomi disertai kenaikan harga dan memberi tekanan pada kawasan seperti Eropa untuk meningkatkan permintaan domestik guna mengompensasi penurunan perdagangan internasional.

“Ancaman tarif yang terus-menerus memperbesar risiko stagflasi di AS dan memaksa Eropa mengambil langkah-langkah stimulus tambahan,” kata David Kohl, kepala ekonom di bank Julius Baer yang berbasis di Swiss.

Selanjutnya: Masih Terdepresiasi, Rupiah Diproyeksikan Bergerak Stabil Hingga Akhir Tahun 2025

Menarik Dibaca: Elementbike Kantongi Lisensi Warner Bros, Siap Rilis Desain Superhero DC Comics




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×