Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dua orang dokter yang melakukan otopsi independen terkait kematian George Floyd, pria kulit hitam yang tewas di tahanan polisi Minneapolis pekan lalu, mengatakan pada hari Senin bahwa ia meninggal karena sesak napas dan kematiannya adalah aksi pembunuhan.
Melansir Reuters, para dokter juga mengatakan George Floyd tidak memiliki kondisi medis dasar yang berkontribusi pada kematiannya. Dijelaskan pula, ia kemungkinan meninggal sebelum dimasukkan ke dalam ambulan.
Hasil otopsi independen itu bertentangan dengan temuan awal otopsi resmi oleh Pemeriksa Medis Kabupaten Hennepin, yang dikutip dalam dokumen tuntutan pengadilan terhadap petugas polisi yang mendorong lututnya ke leher George Floyd selama beberapa menit.
Baca Juga: Di Tiongkok, aksi unjuk rasa AS jadi topik hangat di tingkat negara dan media sosial
Kurang dari empat menit
Temuan awal itu mengatakan tidak ada bukti pencekikan traumatis. Ia juga mengatakan penyakit arteri koroner dan hipertensi juga kemungkinan berkontribusi pada kematian George Floyd. Laporan otopsi lengkap kabupaten belum dirilis. Kemudian pada hari Senin, pemeriksa medis menyatakan kematian George Floyd adalah pembunuhan.
"Buktinya konsisten dengan asfiksia mekanik sebagai penyebab kematian dan pembunuhan sebagai cara kematian," kata Dr. Allecia Wilson dari University of Michigan, salah satu dari dua dokter forensik yang melakukan otopsi independen, kepada Reuters.
Baca Juga: Donald Trum perintahkan gubernur negara bagian Amerika Serikat lebih keras ke perusuh
Dalam video yang beredar viral, tampak George Floyd memohon untuk menyerah dan mengatakan berulang kali bahwa dia tidak bisa bernapas ketika seorang perwira polisi Derek Chauvin menjjepit leher George Floyd dengan kuat selama hampir sembilan menit. Dua petugas lainnya menekan dengan lutut ke punggung George Floyd.
Chauvin, yang berkulit putih dan telah dipecat dari departemen kepolisian Minneapolis, ditahan dengan tuduhan pembunuhan tingkat tiga pada pekan lalu.
Akan tetapi, Dr. Michael Baden, yang juga mengambil bagian dalam otopsi independen atas perintah keluarga George Floyd, mengatakan bahwa tindakan dua petugas lainnya juga menyebabkan George Floyd berhenti bernapas.
"Kita dapat melihat setelah kurang dari empat menit bahwa Floyd tidak bergerak, tidak bernyawa," kata Baden, menambahkan dia tidak menemukan kondisi kesehatan yang mendasari kematian George Floyd seperti yang dikutip Reuters.
Baden telah menangani beberapa kasus terkenal, termasuk kematian Eric Garner 2014, seorang pria kulit hitam yang meninggal setelah dicekik oleh polisi di New York City.
Baden menepis argumen bahwa jika George Floyd bisa bicara maka dia bisa bernafas.
Baca Juga: Amerika Serikat rusuh, Donald Trump telepon Vladimir Putin, ini yang dibicarakan
"Banyak polisi mendapat kesan bahwa jika Anda dapat berbicara, itu berarti Anda bernafas. Itu tidak benar. Aku berbicara sekarang di depanmu dan tidak mengambil nafas,” kata Baden.
Tuntutan keluarga korban
Antonio Romanucci, salah satu pengacara yang mewakili keluarga George Floyd, mengatakan bahwa keempat petugas di tempat kejadian harus menghadapi dakwaan, bukan hanya Chauvin.
"Tidak hanya lutut di leher George yang menjadi penyebab kematiannya, tetapi juga berat kedua petugas polisi lainnya di punggungnya, yang tidak hanya mencegah aliran darah ke otaknya, tetapi udara mengalir ke paru-parunya," kata Romanucci. "Itu membuat semua petugas di TKP bertanggung jawab secara pidana."
Baca Juga: Rusuh Amerika berlanjut Paspampres sempat sembunyikan Donal Trump di bunker
Ben Crump, ketua pengacara untuk keluarga George Floyd, mengatakan otopsi independen dan bukti video memperjelas bahwa George Floyd sudah mati ketika dia masih berbaring di jalan dengan polisi di atasnya.
"Ambulans itu adalah mobil jenazahnya," katanya.
Baca Juga: Dua Jaksa wilayah investigasi kasus George Floyd, kerusuhan di Amerika belum reda
Crump mengatakan keluarga George Floyd ingin melihat dakwaan diajukan terhadap keempat petugas yang berada di tempat kejadian. Khusus untuk Chauvin, yang menjepit leher George Floyd, akan menghadapi dakwaan pembunuhan tingkat pertama.
Tetapi mereka juga berupaya untuk mengakhiri aksi protes keras yang telah melanda Amerika Serikat.
Baca Juga: Viral foto pria bertato peta Indonesia dalam demo rusuh di AS, ini penjelasan pelaku
"George Floyd meninggal karena dia membutuhkan napas, menghirup udara," kata Crump. "Saya mohon Anda semua untuk bergabung dengan keluarganya dalam mengambil napas - mengambil napas untuk keadilan, mengambil napas untuk perdamaian."