Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW DELHI. Bank terbesar India, State Bank of India, mendapat serangan tiba-tiba oleh kebijakan demonetisasi Perdana Menteri India Narenda Modi. Bisnis harian bank turun tajam.
Namun, menurut Arundhati Bhattacharya, chairwoman the State Bank of India, pasca demonetisasi, kondisi ekonomi berangsur-angsur normal. Selain itu, terjadinya peningkatan deposit dari pertukaran dana tunai memberikan ruang lebih bagi bank untuk mengucurkan kredit.
"Saat kami mengalami bahwa 86% mata uang sudah demonetisasi, kami melihat kebijakan ini sangat intimidatif. Yang lebih penting lagi, ingat bahwa kami tidak memiliki waktu cukup untuk persiapan," jelas Bhattacharya kepada CNBC.
Pada 8 November tahun lalu, India mengimplementasikan pertukaran mata uang yang mengejutkan pada seluruh mata uang pecahan 500 dan 1.000 rupe untuk kemudian ditukarkan dengan uang kertas baru dengan pecahan 500 dan 2.000 rupe pada akhir 2016. Hampir seluruh transaksi ditangani melalui sistem perbankan hingga deadline yang ditentukan.
Hal itu membuat SBI -sebagai pengucur kredit terbesar India- memiliki peran besar dalam kebijakan ini.
"Demonetisasi menyebabkan seluruh sistem terjaga. Kami hanya memiliki waktu 24 jam untuk mengatur proses penukaran uang di seluruh negara, memastikan bahwa konter penukaran uang yang tersedia cukup bagi mereka yang ingin menukar, hingga memberikan training kepada karyawan SBI mengenai masalah ini. Banyak yang harus dilakukan," jelasnya.
Seperti yang diketahui, kebijakan ini menyebabkan akses ke dana tunai dilarang saat proses penukaran uang dilakukan. Memang banyak sekali keluhan, apalagi yang paling merasakan adalah warga miskin.
Namun Bhattacharya mengatakan, guncangan demonetisasi saat ini sudah mulai mereda dan ekonomi India sudah hampir kembali normal.
"Saya tidak mengatakan kembali 100%, tapi hampir. Saya rasa segala sesuatunya sudah kembali seperti semula. Apalagi jika Anda melihat pendapatan di sejumlah perusahaan. Banyak dari mereka yang terkejut terhadap cepatnya pemulihan yang terjadi," kata Bhattacharya.
Sentimen positif tersebut juga terefleksi pada figur outlook pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang dirilis Rabu ((1/3) lalu, yang menunjukkan angka 7% pada kuartal IV.
Ke depannya, Bhattacharya optimistis ekonomi India akan rebound lagi sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dunia dalam dua kuartal ke depan.