Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - SOFIA, BULGARIA.Perdana Menteri Bulgaria Rosen Zhelyazkov resmi menyerahkan pengunduran dirinya pada Kamis (11/12) setelah berminggu-minggu demonstrasi jalanan yang menentang kebijakan ekonomi pemerintah serta kegagalannya memberantas korupsi.
Zhelyazkov mengumumkan keputusannya melalui pernyataan yang disiarkan televisi, hanya beberapa menit sebelum parlemen dijadwalkan melakukan pemungutan suara atas mosi tidak percaya terhadap pemerintahannya.
Pengunduran diri ini terjadi kurang dari sebulan sebelum Bulgaria dijadwalkan bergabung dengan zona euro pada 1 Januari.
“Koalisi kami telah bertemu, membahas situasi saat ini, tantangan yang kami hadapi, serta keputusan yang harus kami ambil secara bertanggung jawab,” kata Zhelyazkov saat mengumumkan langkah mundurnya.
Baca Juga: Prada Produksi Sandal Edisi Terbatas di India, Harga Dibanderol US$930
“Keinginan kami adalah berada pada tingkat yang diharapkan masyarakat. Kekuasaan berasal dari suara rakyat,” tambahnya.
Gelombang Protes Meluas di Seluruh Negeri
Pada Rabu malam, ribuan warga Bulgaria turun ke jalan di Sofia serta puluhan kota lainnya. Demonstrasi yang terus berlanjut ini mencerminkan frustrasi publik atas korupsi yang mengakar dan kegagalan pemerintah-pemerintah sebelumnya untuk melakukan reformasi nyata.
Pemerintahan Zhelyazkov sebelumnya menarik rancangan anggaran 2026, yang merupakan anggaran pertama yang disusun dalam denominasi euro, setelah tekanan protes meningkat.
Kelompok oposisi dan berbagai organisasi menentang rencana pemerintah yang ingin menaikkan iuran jaminan sosial dan pajak dividen guna membiayai belanja negara yang lebih besar.
Baca Juga: Follower Anjlok! Kreator Konten Australia Terdampak Larangan Medsos bagi Remaja
Meski anggaran tersebut telah ditarik, aksi protes tidak surut. Bulgaria sendiri telah mengalami tujuh pemilu nasional dalam empat tahun terakhir, terakhir pada Oktober 2024 yang menunjukkan dalamnya polarisasi politik dan sosial di negara tersebut.
Presiden Rumen Radev: “Dengarkan Suara Rakyat!”
Awal pekan ini, Presiden Bulgaria Rumen Radev juga mendesak pemerintah untuk mengundurkan diri. Dalam pesan kepada anggota parlemen yang diunggah melalui Facebook pada Kamis, Radev menulis:
“Antara suara rakyat dan ketakutan terhadap mafia. Dengarkanlah suara dari alun-alun!”
Sesuai konstitusi Bulgaria, kewenangan presiden terbatas. Namun, Radev kini harus meminta partai-partai di parlemen untuk mencoba membentuk pemerintahan baru. Jika upaya itu gagal—yang tampaknya sangat mungkin—presiden akan menunjuk pemerintahan interim yang akan memimpin negara sampai pemilu baru digelar.













