kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.991.000   -25.000   -1,24%
  • USD/IDR 16.870   -10,00   -0,06%
  • IDX 6.634   96,11   1,47%
  • KOMPAS100 956   17,31   1,84%
  • LQ45 745   14,47   1,98%
  • ISSI 210   1,42   0,68%
  • IDX30 387   9,07   2,40%
  • IDXHIDIV20 467   9,05   1,98%
  • IDX80 108   1,86   1,75%
  • IDXV30 114   1,02   0,91%
  • IDXQ30 127   3,44   2,78%

Proposal Perdamaian AS: Donald Trump Usulkan Rusia Tetap Kuasai Wilayah Ukraina


Rabu, 23 April 2025 / 13:59 WIB
Proposal Perdamaian AS: Donald Trump Usulkan Rusia Tetap Kuasai Wilayah Ukraina
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump, dilaporkan tengah menyusun sebuah rencana perdamaian kontroversial untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina.. REUTERS/Nathan Howard


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dilaporkan tengah menyusun sebuah rencana perdamaian kontroversial untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina.

Rencana ini, yang akan dibahas pada 23 April di London, memungkinkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mempertahankan hampir seluruh wilayah Ukraina yang telah direbut oleh pasukan Rusia sejak invasi dimulai pada 2022.

Usulan Kontroversial: Pengakuan Resmi Krimea dan Wilayah Pendudukan

Mengutip Unilad, poin utama dalam proposal perdamaian ini adalah pengakuan resmi oleh Amerika Serikat atas kedaulatan Rusia terhadap Krimea, wilayah Ukraina yang dianeksasi secara ilegal pada tahun 2014. Lebih lanjut, wilayah-wilayah seperti Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia juga akan tetap di bawah kendali Rusia.

Ukraina, menurut proposal ini, hanya akan mempertahankan bagian dari provinsi Kherson yang mengontrol akses ke muara Sungai Dnieper.

Baca Juga: Ukraina Desak Gencatan Senjata, Rusia Dikabarkan Tawarkan Konsesi

Proposal ini mencakup dua tahap awal yang sangat krusial:

  1. Gencatan senjata segera antara Rusia dan Ukraina di seluruh garis depan.

  2. Dialog diplomatik langsung antara Kyiv dan Moskow, yang telah disetujui secara prinsip oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Meskipun demikian, belum ada jaminan bahwa pembicaraan tersebut akan menghasilkan kesepakatan final, mengingat ketegangan dan kerugian besar yang telah dialami kedua belah pihak.

Sebagai bagian dari kompromi, Ukraina akan diminta untuk tidak mengejar keanggotaan dalam aliansi militer NATO. Namun, negara tersebut masih diperbolehkan bergabung dengan Uni Eropa jika menginginkannya.

Sementara itu, wilayah-wilayah yang saat ini diduduki Rusia tidak akan secara resmi diakui sebagai bagian dari Rusia oleh masyarakat internasional, termasuk Amerika Serikat.

Pengawasan AS atas Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia

Salah satu elemen paling strategis dalam proposal ini adalah rencana Amerika Serikat untuk mengambil alih kendali operasional atas pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia — instalasi nuklir terbesar di Eropa yang saat ini berada di bawah pendudukan pasukan Rusia. Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah potensi bencana dan memastikan stabilitas energi regional.

Sebagai bagian dari kompensasi, Ukraina diminta untuk menandatangani perjanjian kerja sama sumber daya mineral dengan Amerika Serikat. Perjanjian ini memberikan akses istimewa kepada AS terhadap kekayaan tambang dan mineral Ukraina, termasuk litium, nikel, dan sumber daya strategis lainnya.

Baca Juga: Putin Sebut Dirinya Terbuka untuk Perundingan Damai Langsung dengan Ukraina

Jika Rusia menyetujui kesepakatan ini, seluruh sanksi ekonomi yang telah diberlakukan oleh Amerika Serikat akan dicabut. Lebih jauh lagi, kedua negara akan mulai menjalin kerja sama dalam sektor energi — suatu langkah yang menandai potensi pemulihan hubungan bilateral setelah bertahun-tahun ketegangan diplomatik.

Namun, banyak analis menilai bahwa hubungan jangka panjang antara Amerika dan Rusia masih dipenuhi ketidakpastian, mengingat konflik dan kepentingan geopolitik yang sangat kompleks.

Pernyataan Kremlin: Waktu Bukan Prioritas

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, memberikan tanggapan atas rencana ini dalam siaran televisi Rusia dengan mengatakan: "Mungkin tidak layak untuk menetapkan kerangka waktu yang kaku dan mencoba mencapai penyelesaian yang layak dalam waktu singkat."

Hal ini menunjukkan bahwa Moskow tetap berhati-hati dalam menanggapi usulan tersebut, meskipun kemungkinan damai tetap terbuka.

Selanjutnya: Evaluasi Angkutan Lebaran 2025, Jumlah Pemudik Menggunakan Angkutan Umum Naik 11,68%

Menarik Dibaca: Promo Alfamidi Ngartis Periode 16-30 April 2025, Redoxon-Koolfever Beli 2 Gratis 1



TERBARU

[X]
×