Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ribuan warga Palestina memadati wilayah Tepi Barat dan Gaza pada Senin (13/10/2025), menyambut tahanan Israel yang dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
Tahanan ini dibebaskan setelah kelompok militan Hamas menyerahkan 20 sandera terakhir yang masih hidup dari serangan 7 Oktober 2023, yang memicu perang di Gaza.
Kesepakatan tersebut mencakup pembebasan 250 warga Palestina yang dihukum karena pembunuhan dan kejahatan berat, 1.700 tahanan Gaza sejak perang dimulai, 22 anak di bawah umur, serta 360 jenazah militan. Selain itu, Hamas menyatakan bahwa 154 tahanan dideportasi ke Mesir.
Suasana Haru dan Euforia di Gaza
Di sekitar Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza selatan, ribuan warga berkumpul, melambaikan bendera Palestina dan membawa foto keluarga mereka.
Baca Juga: Trump: Perang di Gaza Telah Berakhir!
Tahanan yang dibebaskan tiba dengan bus, beberapa menampakkan diri di jendela sambil mengacungkan simbol kemenangan. Setibanya di rumah sakit, mereka menjalani pemeriksaan medis.
Um Ahmed, salah seorang warga, mengungkapkan perasaan campur aduk. "Saya senang anak-anak kami dibebaskan, tapi kami masih berduka atas mereka yang tewas dan kehancuran yang menimpa Gaza," ungkapnya melalui pesan suara kepada Reuters.
Sementara itu, sejumlah anggota sayap bersenjata Hamas dengan seragam hitam dan masker hadir di rumah sakit untuk menyambut Tahanan. Loudspeaker memutar lagu-lagu nasional Palestina untuk merayakan momen tersebut.
Reaksi di Tepi Barat
Di Ramallah, Tepi Barat yang diduduki Israel, dokter Samer Halabeya, yang dibebaskan setelah menjalani hukuman karena merencanakan serangan terhadap seorang perwira Israel, mengatakan para Tahanan baru mengetahui pembebasan mereka jauh setelah kesepakatan ditandatangani.
Baca Juga: Trump Beri Izin Hamas Jalankan Operasi Keamanan Internal di Gaza
Mohammad Al-Khatib, yang dipenjara selama 20 tahun karena membunuh tiga warga Israel, menyatakan kegembiraannya dapat segera berkumpul dengan keluarga di Bethlehem. Ia terakhir kali bertemu anak-anaknya 30 bulan lalu. "Kami selalu memiliki harapan, itu sebabnya kami tetap tegar," ujarnya.
Kritik dan Kekecewaan Keluarga Tahanan
Kesepakatan ini tidak mencakup komandan senior Hamas atau tokoh-tokoh penting dari faksi lain. Beberapa keluarga menilai langkah tersebut tidak cukup.
Tala Al Barghouti, putri dari Abdallah Al-Barghouti, militan Hamas yang dijatuhi 67 hukuman seumur hidup pada 2004, menyatakan kesepakatan tersebut meninggalkan "rasa sakit dan pertanyaan yang tak berakhir".
Ayahnya dipenjara karena terlibat serangkaian serangan bunuh diri pada 2001–2002 yang menewaskan puluhan warga Israel.