Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Tidak lama setelah Hamas melancarkan serangan teroris pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel dan memicu perang yang telah berlangsung selama 10 bulan di Jalur Gaza, pembunuhan lain dilaporkan terjadi di Tepi Barat yang diduduki.
Mengutip NBC News, seorang pedagang kaki lima dan petani Palestina berusia 40 tahun bernama Bilal Saleh sedang memanen buah zaitun di sebidang tanah kecil milik keluarganya ketika ia ditembak mati di bagian dada oleh seorang warga Israel yang tinggal di salah satu permukiman Yahudi yang mengelilingi Al-Sawiya.
Dan 10 bulan kemudian, kata keluarga tersebut, mereka tidak yakin apakah pejabat Israel sedang menyelidiki kematian Saleh. Seorang tentara Israel ditahan sebentar setelah pembunuhan tersebut dan kemudian dibebaskan.
"Kami tidak dapat memastikan apakah benar atau tidak bahwa mereka menangkap pria yang dituduh membunuh Saleh," ibu mertuanya, Mona Saleh, mengatakan kepada NBC News pada bulan Juli ketika ia pergi ke Al-Sawiya, sebuah desa kuno Palestina.
“Saya tidak berpikir mereka menahannya, bahkan jika mereka menangkapnya. Jika mereka menangkapnya, itu demi keselamatannya,” tambahnya.
Yang dimaksud Mona Saleh adalah otoritas Israel.
Ibu mertua yang berduka itu mengatakan bahwa jelas baginya dan warga Palestina lainnya di Tepi Barat bahwa Israel memanfaatkan fakta bahwa dunia sedang fokus pada perang Gaza untuk menggandakan upaya mereka untuk "menjajah" wilayah Palestina.
“Mereka memanfaatkan perang dan status quo saat ini,” katanya.
Baca Juga: Preesiden AS Joe Biden Berharap Cepatnya Perjanjian Gencatan Senjata Gaza
Keluarganya juga tidak berani kembali ke lahan pertanian mereka sejak Bilah Saleh terbunuh karena takut akan serangan lebih lanjut oleh para pemukim.
Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel menolak mengomentari tuduhan Mona Saleh dan mengatakan bahwa terserah kepada polisi Israel untuk menyelidiki kematiannya.
"Ketika tentara IDF menemukan kejadian yang melanggar hukum yang melibatkan warga Israel, khususnya tindakan kekerasan terhadap warga Palestina dan barang-barang mereka, mereka harus turun tangan untuk menghentikan pelanggaran tersebut," kata juru bicara itu. "Jika perlu, mereka harus menangkap atau menahan tersangka hingga polisi tiba."
Banyak warga Palestina dan kelompok yang memantau aktivitas permukiman menolak klaim tersebut. Mereka mengatakan IDF dan polisi sering kali berdiri diam atau bahkan memberikan perlindungan bagi para pemukim untuk menyerang penduduk Palestina di Tepi Barat.
Pada bulan April, Human Rights Watch mengeluarkan laporan yang menuduh bahwa para pemukim bersenjata secara paksa dan kasar mengusir penduduk Palestina dari sedikitnya lima permukiman Tepi Barat dengan partisipasi aktif dari unit-unit tentara.
Ketika ditanya tentang peningkatan jumlah warga sipil Palestina yang tewas di Tepi Barat sejak serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang di Israel dan sekitar 240 orang diculik, juru bicara tersebut menyalahkan Hamas atas kekerasan di Tepi Barat.
"Telah terjadi peningkatan signifikan dalam serangan teroris di Tepi Barat, dengan lebih dari 2.000 percobaan serangan terjadi sejak awal perang," kata juru bicara IDF.
Juru bicara tersebut tidak memberikan rincian serangan yang mereka katakan telah dilakukan sejak 7 Oktober.
Baca Juga: Korban Tewas di Gaza Capai 40.000 Orang, Ribuan Lainnya Belum Ditemukan
Namun, menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA), ada juga lebih dari 1.000 serangan oleh pemukim Yahudi terhadap warga Palestina di Tepi Barat sejak serangan 7 Oktober yang memicu pengepungan Gaza yang sedang berlangsung.