kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,63   -8,92   -0.98%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sempat mendekati China, Filipina kini mesra lagi dengan AS demi Laut China Selatan


Kamis, 04 Juni 2020 / 09:16 WIB
Sempat mendekati China, Filipina kini mesra lagi dengan AS demi Laut China Selatan
ILUSTRASI. Presiden Filipina Rodrigo Duterte berbincang dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Manila pada 12 November 2017.


Sumber: Channel News Asia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - MANILA. Filipina menangguhkan rencana membatalkan perjanjian kunjungan pasukan atau the Visiting Forces Agreement (VFA) dengan Amerika Serikat (AS). Masalah keamanan di Laut Cina Selatan yang disengketakan dengan China yang membuat Filipina berubah haluan.

Selasa (2/5), pemerintah Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengumumkan bahwa Filipina telah menangguhkan rencana untuk membatalkan VFA. Bagi AS, ini sebuah kesepakatan yang penting untuk melawan meningkatnya kekuatan regional Beijing.

Sebelumnya, Duterte telah bertolak ke China untuk mencari perdagangan dan investasi, memicu kekhawatiran AS bahwa sekutu lama dan bekas koloninya akan berubah haluan ke China.

Baca Juga: Laut China Selatan memanas, Filipina perpanjang perjanjian militer dengan AS

"Karena masalah keamanan ... di bagian dunia itu (Laut Cina Selatan), kami telah melihat akan lebih bijaksana bagi kami untuk menunda pelaksanaan penghentian VFA," kata Duta Besar Filipina untuk AS Jose Manuel Romualdez kepada kantor berita ANC.

Sejak mengambil alih kekuasaan Filipina pada tahun 2016, Duterte telah bergerak lebih dekat ke China. Namun, dia menghadapi dorongan kembali dari publik Filipina dan keprihatinan dalam militer yang waspada terhadap ambisi teritorial China di Laut Cina Selatan yang disengketakan.

Miliaran dalam perdagangan melewati jalur air strategis dan diperkirakan mengandung cadangan minyak bumi yang kaya, membuat Laut China Selatan sering menjadi sumber ketegangan regional.

Analis Filipina Richard Heydarian mengatakan penangguhan pembatalan VFA menunjukkan Duterte harus memutuskan dukungan antara China yang agresif atau  sekutu bersejarah yang telah membantu.

"Ini bukan saatnya untuk memulai perceraian yang buruk, terutama ketika China menyebarkan tentakelnya ke mana-mana," katanya.

Pakta VFA yang diteken 1998 adalah kunci bagi aliansi militer AS-Filipina yang lebih luas, dan mendukung ratusan kegiatan militer bersama setiap tahun serta bantuan bencana yang cepat dan upaya anti-teror yang sedang berlangsung.

Militer Filipina menerima pelatihan dan peralatan Amerika yang signifikan dan memperoleh pendanaan hampir US$ 555 juta dalam bantuan keamanan AS dari 2016 hingga 2019.

Baca Juga: Duterte lembek, Mahkamah Agung Filipina titahkan untuk melindungi Laut China Selatan!

Duterte sempat berniat mengakhiri pakta militer dengan AS tersebut karena dipicu oleh pembatalan visa oleh AS terhadap Ronald Dela Rosa, seorang senator yang menjabat sebagai arsitek utama perang narkoba ala Duterte.

Rencananya pengakhiran pakta militer tersebut akan berlaku pada bulan Agustus 2020.

Duterte memang dikenal tidak suka kritik dan sanksi terhadap kebijakannya. Meskipun Duterte telah berulang kali mengancam akan menarik Filipina dari AS, hubungan dua negara tetap dekat.

Romualdez mengatakan tawaran AS untuk membantu Filipina dalam perjuangannya menahan wabah Covid-19 juga membantu keputusan untuk mempertahankan VFA.

Penangguhan VFA ini berlaku selama enam bulan terhitung sejak 1 Juni 2020 dan dapat diperpanjang enam bulan lagi.

Baca Juga: Presiden Duterte tidak jadi batalkan perjanjian militer dengan AS, kenapa?




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×