Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - TAIPEI/HSINCHU. Angkatan Darat Taiwan untuk pertama kalinya memamerkan kekuatan tembak tank tempur utama M1A2T Abrams buatan Amerika Serikat (AS) dalam latihan militer tahunan yang digelar di Kabupaten Hsinchu, Kamis (10/7).
Empat tank Abrams bermanuver di medan berlumpur sambil menembakkan peluru ke target statis dan bergerak, sebagai bagian dari simulasi pertahanan terhadap potensi serangan dari China.
Presiden Taiwan Lai Ching-te turut menyaksikan langsung uji tembak tersebut. Dalam keterangannya, ia menyatakan bahwa peningkatan kemampuan tempur militer merupakan bentuk penguatan keamanan nasional.
Baca Juga: Taiwan Incar Tarif Nol dengan AS, Janjikan Lebih Banyak Investasi
Ia juga menyebut tank Abrams sebagai "yang terkuat di medan perang" dalam hal daya serang dan mobilitas.
Latihan ini merupakan bagian dari rangkaian simulasi militer tahunan Han Kuang yang berlangsung selama 10 hari. Tujuannya adalah untuk menguji kesiapan Taiwan dalam menghadapi invasi atau serangan militer dari China.
Pemerintah Taiwan juga ingin menunjukkan kepada dunia internasional, termasuk Amerika Serikat sebagai pemasok utama senjatanya, bahwa Taiwan berkomitmen penuh dalam mempertahankan kedaulatannya.
Tiongkok, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, telah meningkatkan tekanan militer terhadap pulau yang diperintah secara demokratis itu dalam lima tahun terakhir. Merespons hal ini, Taiwan meningkatkan latihan militer dan pertahanan sipil untuk memperkuat ketahanan nasional.
Baca Juga: Taiwan Tawarkan Tarif Menarik untuk AS Sebagai Dasar Negosiasi dengan Trump
Tank-tank Abrams yang dipamerkan merupakan bagian dari pengiriman awal sebanyak 38 unit yang diterima pada Desember lalu.
Total pesanan Taiwan mencapai 108 unit, yang dijadwalkan akan tiba sepenuhnya pada akhir 2025. Ini adalah kali pertama Taiwan menerima tank baru dalam 24 tahun terakhir.
Kendati Abrams dikenal tangguh dan adaptif, sejumlah analis militer menyoroti perlunya perlindungan tambahan terhadap serangan drone.
Pengalaman dalam perang di Ukraina menunjukkan bahwa baik tank Rusia, Ukraina, maupun Abrams yang dipasok ke Kyiv, semuanya rentan terhadap drone dan senjata anti-tank modern.
Oleh karena itu, para analis menyarankan Taiwan untuk memadukan sistem pertahanan anti-drone dalam operasional tank tersebut.
Baca Juga: Kremlin Protes Keras, Sebut Sanksi Baru AS Bakal Ganggu Stabilitas Pasar Global
Mayor Jenderal Chou Kuang-i, komandan Brigade Lapis Baja ke-584, menyebut bahwa tank Abrams diperkirakan mulai beroperasi pada akhir tahun ini dan akan dikerahkan sesuai dengan ancaman serta kebutuhan taktis yang ada.
Sementara itu, pakar militer dari Singapura, Thomas Lim, menilai Taiwan kemungkinan akan menempatkan tank ini di lokasi strategis atau mengiringinya dengan sistem anti-drone guna memaksimalkan perlindungan.
Presiden Lai juga menekankan bahwa melalui latihan tempur realistis, Taiwan akan mengintegrasikan kemampuan tank Abrams dengan penggunaan drone dan taktik inovatif untuk mencapai keunggulan strategis.
Namun, Kementerian Pertahanan China menanggapi latihan militer Taiwan sebagai “tidak lebih dari gertakan belaka.” Meski demikian, Taiwan tetap melanjutkan simulasi pertahanan sipil sebagai bagian dari kesiapsiagaan nasional.
Baca Juga: Taiwan Terguncang Penembakan Rafale Milik India, Senjata China Mulai Diperhitungkan
Pada hari yang sama, jaringan supermarket lokal PX Mart menggelar latihan evakuasi di tiga tokonya.
Sirene serangan udara dibunyikan, dan para pelanggan diarahkan menuju ruang bawah tanah. Latihan ini bertujuan untuk membangun kesadaran dan kesiapan masyarakat menghadapi skenario darurat.
Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional Taiwan, Lin Fei-fan, menyatakan bahwa latihan tersebut menjadi pengingat penting bagi pemerintah dan warga sipil agar siap menghadapi segala kemungkinan, mengingat kompleksitas tantangan yang dihadapi Taiwan saat ini.