kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terkait Myanmar, China: Agen AS di luar negeri menunjukkan wajah egois dan munafik


Senin, 20 Juli 2020 / 11:30 WIB
Terkait Myanmar, China: Agen AS di luar negeri menunjukkan wajah egois dan munafik
ILUSTRASI. Ilustrasi ketegangan antara Amerika dan China yang semakin meningkat. KONTAN/Fransiskus Simbolon/16/05/2019


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - YANGON. Kedutaan besar China di Myanmar pada hari Minggu menuduh Amerika Serikat "sangat mencoreng" negara itu dan mendorong perselisihan dengan tetangganya di Asia Tenggara atas Laut China Selatan dan Hong Kong yang diperebutkan. Kondisi ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di antara dua negara adidaya itu.

Melansir Reuters, kedutaan China mengatakan, agen-agen AS di luar negeri melakukan "hal-hal menjijikkan" untuk menahan China dan telah menunjukkan wajah "egois, munafik, hina, menghina, dan jelek".

Seperti yang diketahui, Amerika Serikat pekan lalu menegaskan posisinya di Laut China Selatan, dengan mengatakan pihaknya akan mendukung negara-negara di kawasan yang menantang klaim Beijing yang mencapai 90% dari jalur air strategis.

Baca Juga: Hadapi AS, China kirim jet tempur Flanker yang terkenal garang ke Laut China Selatan

Dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, kedutaan besar AS di Yangon menyebut tindakan China di Laut Cina Selatan dan Hong Kong, di mana Beijing telah memberlakukan undang-undang keamanan nasional baru yang keras, bagian dari "pola yang lebih besar untuk merusak kedaulatan tetangganya".

Pernyataan AS itu merujuk pada tindakan China di Laut China Selatan dan Hong Kong dengan proyek investasi besar-besaran Tiongkok di Myanmar yang diperingatkan Amerika Serikat bisa menjadi perangkap utang, bersama dengan perdagangan perempuan dari Myanmar ke China sebagai pengantin, dan masuknya obat-obatan dari China ke Myanmar.

Baca Juga: Myanmar jadi medan pertempuran baru AS dengan China

"Inilah bagaimana kedaulatan modern sering hilang - bukan melalui aksi nyata dan terbuka, tetapi melalui kaskade yang lebih kecil yang mengarah pada erosi yang lambat seiring waktu," kata kedutaan AS.

Dalam tegurannya, China mengatakan pernyataan itu menunjukkan sikap buruk Amerika Serikat terhadap "hubungan China-Myanmar yang berkembang" dan merupakan "lelucon lain dalam masalah global oleh pihak berwenang AS untuk mengalihkan perhatian pada masalah-masalah domestik dan mencari keegoisan keuntungan politik ".

"AS pertama-tama harus melihat ke cermin untuk melihat apakah masih terlihat seperti negara besar sekarang," katanya.

Baca Juga: Negara lain naik pitam soal aksi China di Laut China Selatan, kok Malaysia diam saja?

Kedutaan China di Yangon tidak menjawab panggilan telepon untuk meminta komentar lebih lanjut. Kedutaan AS tidak segera dapat dihubungi untuk diminta komentar.

Myanmar semakin menjadi medan pertempuran bagi pengaruh kedua negara sejak hubungan antara pemerintah yang dipimpin oleh pemenang Nobel Aung San Suu Kyi dan Barat menjadi tegang karena perlakuannya terhadap kelompok minoritas Muslim Rohingya.

Baca Juga: Imbangi kekuatan AS di Pasifik, China bangun dua kapal induk canggih baru

Penulis dan sejarawan Thant Myint-U mengatakan kepada Reuters dalam sebuah email, meskipun negara itu memiliki nilai ekonomi yang dapat diabaikan oleh para pesaing, kepentingan strategisnya sebagai jembatan antara daratan China dan Teluk Benggala sulit untuk diabaikan.

"Naluri Myanmar sejak kemerdekaan pada 1948 adalah berusaha berteman dengan semua orang, tetapi tidak jelas apakah itu akan tetap mungkin, dalam periode persaingan adikuasa yang semakin meningkat," katanya.

Baca Juga: Langka, dua kapal induk AS latihan perang bersama di Laut China Selatan

"Beratnya revolusi industri raksasa China sudah mengubah Myanmar; jika proyek infrastruktur multi-miliar dolar ditambahkan ke dalam campuran, perbatasan antara kedua negara akan menjadi semakin sulit dilihat," katanya.

Baca Juga: Hampir 100 juta warga China terancam tak bisa masuk ke Amerika, Beijing: Konyol!

"Penting untuk diingat bahwa Myanmar adalah salah satu dari sedikit negara di dunia di mana Perang Dingin terakhir menyebabkan pertempuran bersenjata proksi yang pada gilirannya menyebabkan kediktatoran militer dan dekade isolasi diri," jelas Thant Myint-U.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×