Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Isu Sengketa Dagang
AS dan India telah menggelar beberapa putaran negosiasi terkait akses pasar untuk produk pertanian dan susu AS, yang selama ini menjadi isu sensitif bagi India.
India menyatakan akan tetap melindungi kepentingan petani, pelaku usaha kecil, dan pengusaha domestiknya.
“Pemerintah akan mengambil langkah apa pun yang diperlukan untuk menjaga kepentingan nasional,” tegas pernyataan tersebut.
Padahal sebelumnya, PM Narendra Modi dan Trump telah sepakat untuk menuntaskan fase pertama perjanjian dagang pada musim gugur tahun ini dan menargetkan nilai perdagangan bilateral mencapai US$500 miliar pada 2030, naik dari US$191 miliar pada 2024.
Pada hari yang sama, Trump juga mengklaim telah mencapai kesepakatan dengan Pakistan, saingan regional India untuk mengembangkan cadangan minyak negara tersebut.
“Siapa tahu, mungkin suatu hari nanti mereka akan menjual minyak ke India,” ujar Trump di Truth Social.
Hubungan India-AS semakin renggang setelah konflik perbatasan singkat namun mematikan antara India dan Pakistan.
Baca Juga: Dihantam Tarif Impor Trump, Adidas Pertimbangkan Naikkan Harga di AS
New Delhi mengecam kedekatan Trump dengan Islamabad, yang ikut membayangi negosiasi perdagangan.
“Secara politik, hubungan bilateral saat ini berada di titik terendah sejak pertengahan 1990-an,” kata Ashok Malik, mitra di firma konsultan The Asia Group.
“Kepercayaan kedua pihak merosot tajam. Pernyataan Presiden Trump telah merusak upaya diplomatik lintas pemerintahan yang selama ini dibangun dengan hati-hati.”
Selain isu tarif, Washington juga menyoroti meningkatnya hambatan non-tarif India seperti standar kualitas impor yang dinilai semakin ketat. Laporan Maret lalu dari Kantor Perwakilan Dagang AS menyebut kebijakan tersebut menyulitkan pelaku usaha asing.
Tarif baru diperkirakan akan berdampak besar terhadap ekspor India ke AS—yang pada 2024 mencapai US$87 miliar, termasuk produk padat karya seperti garmen, obat generik, perhiasan, dan petrokimia.