Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/NEW DELHI. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan India masih berlangsung, meskipun ia telah mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif impor sebesar 25% terhadap barang-barang dari India mulai Jumat (1/8/2025) ini.
Tarif tinggi tersebut disertai dengan sanksi tambahan yang belum dijelaskan rinciannya, berpotensi memperburuk hubungan AS dengan negara demokrasi terbesar di dunia itu.
“Mereka (India) memiliki tarif tertinggi di dunia, tapi kini bersedia memangkasnya secara signifikan,” ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
“Kami sedang berbicara dengan India, kita lihat saja nanti. Anda akan tahu pada akhir pekan ini.”
Baca Juga: Trump Setujui Tarif 15% atas Impor Korsel, Disertai Janji Investasi US$ 350 Miliar
Langkah ini berisiko menggagalkan upaya diplomatik berbulan-bulan antara kedua negara dan bisa melemahkan kemitraan strategis Washington dengan New Delhi yang selama ini menjadi penyeimbang pengaruh China di Asia.
Trump sebelumnya menyebut sanksi tersebut berkaitan dengan keputusan India membeli senjata dan minyak dari Rusia, serta menerapkan apa yang ia sebut sebagai "hambatan non-moneter yang menjengkelkan" dalam perdagangan.
Ia juga menyoroti keikutsertaan India dalam kelompok negara berkembang BRICS, yang dinilainya “bermusuhan terhadap AS”.
Dalam unggahan di platform Truth Social pada Rabu pagi, Trump mengatakan akan mengenakan tarif tambahan 10% pada negara mana pun yang ia anggap berpihak pada “kebijakan anti-Amerika” BRICS.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik 4 Hari Beruntun Kamis (31/7), Dipicu Ancaman Tarif Trump
Peringatan Dini dari Washington
Gedung Putih sebelumnya telah memperingatkan India terkait tarif impornya yang tinggi, khususnya pada produk pertanian, rata-rata mencapai 39%, bahkan bisa menyentuh 45% untuk minyak nabati dan 50% untuk komoditas seperti apel dan jagung.
“India memang sahabat kita, tapi selama bertahun-tahun kita hanya melakukan bisnis dalam jumlah kecil dengan mereka karena tarif mereka terlalu tinggi,” tulis Trump di Truth Social.
India juga terus menjadi pembeli utama minyak Rusia pada paruh pertama 2025, dengan kontribusi 35% dari total impor energi negara tersebut. Selain itu, India masih banyak mengandalkan persenjataan buatan Rusia.
Baca Juga: Akankah AS dan China Capai Kesepakatan yang Adil? Ini Kata Trump
Pemerintah India menyatakan sedang mempelajari konsekuensi dari pengumuman Trump dan menegaskan komitmennya untuk mencapai kesepakatan dagang yang adil dan seimbang.
“Kami tetap berkomitmen untuk menyelesaikan perjanjian dagang bilateral yang adil, seimbang, dan saling menguntungkan,” demikian pernyataan resmi pemerintah India.
AS saat ini mencatat defisit perdagangan sebesar US$45,7 miliar dengan India, yang merupakan ekonomi terbesar kelima dunia.
Eksportir India Terpukul
Penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett mengatakan Trump kecewa dengan lambatnya kemajuan negosiasi dan yakin bahwa ancaman tarif akan mempercepat proses tersebut.
Tarif baru untuk India lebih tinggi dibanding negara lain yang baru-baru ini mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Tarif untuk Vietnam ditetapkan sebesar 20%, Indonesia 19%, sementara Jepang dan Uni Eropa masing-masing dikenakan tarif 15%.
“Ini pukulan berat bagi eksportir India, terutama di sektor tekstil, alas kaki, dan furnitur, karena tarif 25% akan membuat mereka tak mampu bersaing dengan produk dari Vietnam dan China,” kata S.C. Ralhan, Presiden Federasi Organisasi Eksportir India (FIEO).
Baca Juga: Trump Kenakan Tarif 50% ke Brasil, Tidak Termasuk Pesawat, Minyak Nabati & Energi