Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Dampak Shutdown
Sejumlah lembaga telah menyiapkan skenario penghentian kerja. Layanan penelitian ilmiah, pinjaman usaha kecil, hingga pembersihan polusi akan ditangguhkan.
Namun, militer, penjaga perbatasan, dan aparat penegak hukum yang tergolong “esensial” tetap bekerja tanpa gaji sampai ada keputusan baru dari Kongres.
Baca Juga: Deadlock Anggaran, Pemerintah AS Hadapi Shutdown Perdana Sejak 2019
Shutdown terlama sebelumnya terjadi pada 2018–2019 selama 35 hari di bawah Trump akibat perdebatan imigrasi, yang menyebabkan kerugian ekonomi sekitar US$3 miliar.
Kali ini, pertaruhan anggaran mencapai US$1,7 triliun—seperempat dari total belanja pemerintah AS sebesar US$7 triliun.
Industri penerbangan sudah memperingatkan potensi keterlambatan penerbangan, sementara Departemen Tenaga Kerja menyebut tidak bisa merilis data pengangguran bulanan.
Adu Strategi Politik
Kebuntuan kali ini terutama dipicu oleh perdebatan perpanjangan subsidi Affordable Care Act (ACA) yang berakhir tahun ini.
Demokrat bersikeras subsidi permanen penting untuk menekan biaya kesehatan 24 juta warga, banyak di antaranya tinggal di negara bagian yang dikuasai Republik seperti Florida dan Texas.
“Rancangan ini sama sekali tidak menyelesaikan krisis kesehatan terbesar di Amerika,” ujar Pemimpin Demokrat di Senat, Chuck Schumer.
Baca Juga: Shutdown Pemerintah Ancam Lumpuhkan Penerbangan di AS
Sementara itu, Pemimpin Republik di Senat, John Thune, menuduh Demokrat “menyandera anggaran” demi agenda politik jelang pemilu paruh waktu 2026.
Ketidakpastian masih membayangi. Kongres sudah 15 kali menghentikan operasional pemerintah sejak 1981, sebagian besar hanya berlangsung singkat.
Namun, dengan ketegangan politik yang semakin tajam, shutdown kali ini berpotensi lebih panjang.