Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan ritel pakaian dalam ternama Victoria's Secret menghadapi tekanan baru dari investor aktivis Barington Capital Group, yang berencana mendorong perubahan besar dalam struktur dewan direksi dan membatalkan kebijakan "poison pill" atau rencana hak pemegang saham yang baru saja diterapkan, menurut sumber yang mengetahui isu ini.
Hedge fund asal New York tersebut, yang diketahui memiliki lebih dari 1% saham Victoria’s Secret, menilai bahwa perusahaan telah kehilangan nilai dan tertinggal dari para pesaingnya sejak dipisahkan dari induk sebelumnya, L Brands, pada tahun 2021.
Baca Juga: Trump Desak Perluasan Deportasi Imigran Ilegal di AS, Sasar Kota Besar
Permintaan yang melemah untuk produk pakaian dalam disebut menjadi salah satu faktor turunnya performa saham, yang anjlok sekitar 55% sepanjang tahun ini, menyisakan valuasi pasar sebesar sekitar US$ 1,45 miliar.
Menurut laporan Wall Street Journal yang terbit Minggu (15/6), Barington menargetkan untuk mengganti sebagian besar atau seluruh anggota dewan direksi Victoria’s Secret dan membatalkan kebijakan poison pill yang diberlakukan Mei lalu.
Rencana ini dinilai perlu guna mencegah dominasi pihak luar seperti BBRC International Private Limited, yang kini menguasai sekitar 13% saham perusahaan.
Juru bicara Victoria’s Secret menyatakan bahwa Barington belum secara langsung menghubungi manajemen, namun pihaknya terbuka untuk “mendiskusikan pandangan mereka”.
“Kami yakin strategi kami di bawah kepemimpinan baru akan terus menciptakan nilai bagi pemegang saham,” ujarnya.
Baca Juga: Trump Pertimbangkan Tambahan 36 Negara dalam Larangan Perjalanan, Cek Daftarnya
Namun, Barington menyoroti kurangnya pengalaman CEO Hillary Super dalam memimpin perusahaan publik, serta lemahnya rekam jejak dewan saat ini dalam membalikkan arah perusahaan.
Super sebelumnya menjabat sebagai CEO Savage X Fenty, merek pakaian dalam yang dikenal dengan pendekatan inklusifnya.
Barington juga mendorong agar Victoria's Secret memfokuskan diri kembali pada lini inti seperti produk bra dan kampanye Angels, serta mempercepat ekspansi di pasar digital dan internasional.
Mereka juga menilai bisnis kecantikan Victoria’s Secret memiliki potensi besar, bahkan bisa bernilai setara dengan kapitalisasi pasarnya saat ini.
Baca Juga: Pesepak Bola Terkaya di Dunia, Hartanya 40 Kali Lipat dari Keluarga David Beckham
Sejarah Tekanan Aktivis
Barington, yang didirikan oleh James Mitarotonda, bukan pemain baru dalam mendorong perubahan di perusahaan ritel.
Sebelumnya, mereka menekan L Brands agar memisahkan Victoria's Secret dan Bath & Body Works.
Mereka juga terlibat dalam kampanye terhadap Macy’s dan Hanesbrands untuk efisiensi dan optimalisasi aset.
Baca Juga: Macron Sebut Rusia Tak Pantas Menengahi Krisis Israel-Iran
Tahun ini, Barington meluncurkan tantangan besar pertamanya sejak 2015 dengan mencoba menempatkan tiga direktur di dewan Matthews International, produsen peti mati. Namun, mereka gagal memenangkan pemungutan suara tersebut.