Sumber: Bloomberg | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) dilaporkan semakin sedikit berada di laut sejak 2011. Pasalnya kapal AS sering mogok dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk diperbaiki.
Hal itu terjadi bahkan ketika Pentagon berjuang mengejar armada Angkatan Laut China yang lebih besar. Sementara GAO mengatakan AS semakin jarang menggunakan banyak kapal yang dimilikinya.
Kondisi ini terungkap dari data baru yang dilaporkan ke kongres AS baru-baru ini.
Upaya pemeliharaan, perbaikan dan penggantian suku cadang untuk 151 kapal perang permukaan menunjukkan bahwa kapal perang AS menghadapi tantangan berkelanjutan yang terus memburuk hingga tahun 2021.
Baca Juga: Waspadai China, India Berencana Kerek Anggaran Pertahanan Hingga 13%
Waktu untuk melaut yang terus berkurang kian meresahkan terutama karena AS berusaha melawan China di kawasan Indo Pasifik dan berpotensi berkonflik dekade ini terutama terkait Taiwan. Sementara itu, China memiliki angkatan laut terbesar di dunia.
Laporan tersebut menjadi perhatian serius bagi anggota parlemen dan pejabat Angkatan Laut yang baru-baru ini mengalihkan fokus dari penambahan lebih banyak kapal ke armada ke backlog pemeliharaan.
Kondisi ini menambah keraguan tentang Angkatan Laut AS yang ingin memiliki 350 kapal, seperti yang diinginkan oleh banyak anggota parlemen, ketika mengalami kesulitan besar dengan kekuatan saat ini 293 kapal.
Angkatan Laut AS bulan ini mengumumkan tujuan mempertahankan setidaknya 75 kapal tempur penuh yang siap setiap saat.
Kapal perusak utama Angkatan Laut, Arleigh Burke-class DDG-51, rata-rata melakukan kanibalisasi tujuh lebih banyak per kapal pada tahun fiskal 2021 daripada pada tahun fiskal 2011 dan 19 laporan kegagalan “kategori 3 dan 4” yang lebih serius per kapal, menurut GAO.
Baca Juga: Ikut Latihan Militer China & Afsel, Rusia Kirim Kapal Perang dengan Rudal Hipersonik
Sebanyak 68 kapal yang dibangun oleh General Dynamics Corp juga rata-rata mengalami penundaan pemeliharaan 20 hari lebih banyak pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2011, menurut laporan tersebut.
“Kami memilih 10 kelas kapal yang mewakili sebagian besar dari total populasi kapal Angkatan Laut,” kata GAO.
“Secara khusus, pada November 2022, kelas kapal yang dipilih mewakili sekitar setengah dari total kekuatan tempur kapal Angkatan Laut.”
Pejabat Angkatan Laut mengatakan kepada GAO bahwa kesembilan kelas kapal permukaan yang ditinjau “mengalami penundaan yang disebabkan oleh dua faktor: pertumbuhan besarnya pekerjaan yang direncanakan sebelumnya, dan identifikasi kebutuhan akan pekerjaan baru yang tidak direncanakan sebelumnya.”
Baca Juga: Serangan Rusia Meningkat, Washington Minta Ukraina Tunggu Persenjataan AS Tiba
Laporan yang baru dirilis sesuai dengan pandangan laksamana yang bertanggung jawab untuk menyediakan kapal siap tempur. Pemeliharaan galangan kapal dan penundaan konstruksi baru adalah “masalah paling signifikan yang dihadapi Angkatan Laut,” kata Laksamana Daryl Caudle dalam pernyataan email.
Caudle bulan ini mengkritik kontraktor Angkatan Laut karena keterlambatan pengiriman senjata pertahanan udara utama, rudal SM-6 yang dibuat oleh Raytheon Technologies Corp., serta torpedo kelas berat MK-48 yang dibuat oleh Lockheed Martin Corp.