Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Mata uang Asia menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Senin (27/10/2025), dipimpin oleh won Korea Selatan dan peso Filipina.
Setelah meredanya ketegangan dagang antara AS dan China memicu sentimen positif di pasar keuangan regional.
Mengutip data Reuters pukul 09.05 WIB (0205 GMT), won Korea Selatan menguat 0,59% ke level 1.431 per dolar AS, sementara peso Filipina naik 0,25% menjadi 58,579 per dolar AS.
Baca Juga: Harga Emas Turun ke US$4.092 Senin (27/10) Pagi, Tertekan Sinyal Dagang AS - China
Beberapa mata uang lain di kawasan juga bergerak menguat, termasuk:
- Dolar Taiwan naik 0,21% ke 30,749 per dolar AS,
- Dolar Singapura naik 0,09% ke 1,297,
- Yuan China menguat 0,16% ke 7,110 per dolar AS,
- Ringgit Malaysia naik 0,07% ke 4,217 per dolar AS.
Sementara itu, baht Thailand melemah tipis 0,03% ke 32,65, dan yen Jepang nyaris stagnan di 152,87 per dolar AS.
Rupiah tercatat stabil di Rp 16.590 per dolar AS, tanpa perubahan dari posisi sebelumnya.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Senin (27/10) Pagi, Brent ke US$66,40 dan WTI ke US$61,96
Performa Mata Uang Asia Sejak Awal Tahun 2025
Sejak awal tahun, beberapa mata uang Asia menunjukkan tren penguatan terhadap dolar AS, terutama di tengah prospek pelonggaran kebijakan moneter global dan membaiknya hubungan perdagangan AS–China.
Berikut perubahan nilai tukar utama sepanjang 2025:
- Dolar Taiwan menguat 6,61%,
- Ringgit Malaysia naik 5,95%,
- Dolar Singapura menguat 5,27%,
- Baht Thailand naik 5,05%,
- Won Korea Selatan menguat 2,89%,
- Yuan China naik 2,66%,Yen Jepang menguat 2,82%.
Baca Juga: Dolar AS Capai Level Tertinggi 2 Pekan terhadap Yen Senin (27/10) Pagi, Ini Pemicunya
Sebaliknya, beberapa mata uang mencatat pelemahan terhadap dolar AS, antara lain:
- Rupiah turun 3,01%,
- Rupee India melemah 2,54%,
- Peso Filipina turun tipis 0,86%.
Analis pasar menilai bahwa penguatan mayoritas mata uang Asia mencerminkan optimisme investor terhadap pemulihan hubungan dagang AS–China dan potensi penurunan suku bunga The Fed pada akhir tahun ini.
Baca Juga: Tarif dan Rare Earths Jadi Titik Temu Baru AS–China di Tengah Ketegangan Dagang
“Perbaikan sentimen global membuat investor kembali masuk ke aset berisiko di Asia, terutama setelah dolar AS mulai kehilangan momentumnya,” tulis Reuters, mengutip catatan analis Haitong Securities.













