kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tingkat kesabaran investor asing di Hong Kong mulai menipis


Kamis, 12 Desember 2019 / 05:04 WIB
Tingkat kesabaran investor asing di Hong Kong mulai menipis
ILUSTRASI. Aksi demonstrasi Hong Kong masih terus berlanjut. REUTERS/Thomas Peter


Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Tingkat kesabaran sejumlah perusahaan asing di Hong Kong mungkin sudah mulai menipis. Mereka mulai membuat rencana darurat jika kerusuhan politik memburuk lagi. Hal ini diungkapkan oleh seorang pemimpin bisnis internasional.

Menurut Joerg Wuttke, presiden Kamar Dagang Uni Eropa di China, sementara mereka sejauh ini mengecilkan dampak prospek ekonomi kota Hong Kong yang suram, komunitas bisnis asing sadar akan potensi tantangan untuk mempertahankan posisi Hong Kong.

Wuttke mengatakan dia "dikejutkan" oleh optimisme perusahaan asing bahwa kondisi di Hong Kong akan tetap stabil. Dia juga menambahkan bahwa memang ada kekhawatiran yang dirasakan oleh sektor ritel dan restoran setelah berbulan-bulan terjadi kerusuhan. Akan tetapi, sektor lain, seperti mobil dan mesin, belum berencana pindah dari Hong Kong.

Baca Juga: Gundlach: Bakal ada guncangan hebat akibat menggunungnya utang AS di 2020

Namun, tambahnya, banyak dari bisnis ini yang mungkin pindah jika gangguan terburuk dari kekerasan yang telah melanda Hong Kong selama enam bulan terakhir kembali meluas.

Aksi unjuk rasa dimulai pada bulan Juni atas undang-undang ekstradisi yang sekarang ditarik yang akan memungkinkan pelaku kriminal diadili ke daratan China. Demonstrasi meningkat menjadi kerusuhan anti-pemerintah yang lebih luas dan berkepanjangan yang ditandai oleh bentrokan keras antara radikal dan polisi. Namun kondisi ini telah mereda sejak pemilihan dewan distrik pada bulan November.

Baca Juga: Berpakaian hitam, aksi demonstrasi di Hong Kong terbesar sejak pemilu lokal

“Jika situasinya menjadi sulit lagi, (seperti) demonstrasi dan gas air mata, Anda harus memindahkan pertemuan ke area yang lebih aman dari (area) Central, itu tidak baik. Dan saya kira, sebagian besar perusahaan ini, sedang mencari kemungkinan. Jadi, bagaimana jika situasinya memburuk, bagaimana jika ada konfrontasi serius, apakah kita pindah ke Singapura, apakah kita pindah ke Shanghai, Shenzhen dan Guangdong?” katanya.

Wuttke juga memprediksi, Hong Kong akan menghadapi persaingan yang semakin meningkat dari daerah tetangga untuk menarik investasi di tahun-tahun mendatang.

Baca Juga: Impor China mulai tunjukan kenaikan di bulan November 2019

“Hal lain yang saya kira dari apa yang terjadi selama dua hingga tiga tahun ke depan, wilayah lain - China Selatan, Jepang, Singapura, dan tempat lainnya - akan mencoba menarik minat dari Hong Kong, dan Hong Kong adalah tentang orang, semua tentang bakat, semua tentang basis pengetahuan,” katanya.

Dia juga menilai, Jepang secara aktif merekrut orang-orang keuangan terkemuka dari Hong Kong sementara beberapa kota di provinsi daratan selatan Guangdong, seperti Dongguan, menawarkan pengembalian pajak penghasilan tinggi, yang bisa menjadi daya tarik besar bagi perusahaan teknologi tinggi untuk pindah ke sana.

"Hal ini mungkin akan membuat orang berpikir untuk bergerak melintasi perbatasan," katanya.

St John Moore, ketua Kamar Dagang Inggris di China, mengatakan pada hari Selasa bahwa kekerasan bukanlah solusi untuk masalah Hong Kong. Dia lantas menyerukan resolusi damai.

Baca Juga: Hong Kong bersiap hadapi aksi unjuk rasa besar, Minggu ini

"Integritas Tiongkok dalam hal itu adalah penyebab ketidakpastian dan ketidakpastian adalah tantangan, tentu bulan lalu, atau enam minggu, aksi yang bergeser dari unjuk rasa damai menjadi aksi protes kekerasan, itu adalah sesuatu yang sangat memprihatinkan. Diperlukan kembali proses yang lebih damai untuk mencoba mencapai sesuatu," kata Moore.

Hong Kong, yang telah memainkan peran penting dalam menarik modal asing ke China, karena sejauh ini tidak terpengaruh oleh tarif hukuman yang dikenakan oleh AS dalam perang dagangnya dengan China. Tapi itu bisa berubah, dengan disahkannya Undang-Undang Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong baru-baru ini yang menempatkan status pabean khusus kota tersebut dalam tinjauan tahunan.

Undang-undang itu juga memungkinkan Washington untuk menjatuhkan sanksi terhadap para pejabat yang dianggap telah melanggar hak asasi manusia di Hong Kong, sehingga membuat marah Beijing yang menuduh AS sebagai "tangan hitam" di balik kerusuhan kota.

Baca Juga: Polisi beri izin, warga Hong Kong menggelar reli aksi massa damai

Tindakan pembalasan China termasuk penangguhan kunjungan Angkatan Laut AS ke Hong Kong dan sanksi terhadap sejumlah LSM hak asasi manusia AS atas dugaan dukungan mereka terhadap protes kekerasan. Beijing juga telah memperingatkan AS untuk berhenti melakukan intervensi terkait urusan dalam negeri China yang bisa membahayakan kerja sama bilateral di sektor-sektor utama.

Para analis mengatakan ketegangan mungkin telah membayangi pembicaraan perdagangan yang sudah lebih lambat dari yang diperkirakan antara Beijing dan Washington. Analis memperingatkan langkah-langkah AS hanya akan menyakiti rakyat Hong Kong, yang tergelincir ke dalam resesi teknis pada kuartal ketiga karena ekonomi menyusut 3,2% akibat terseret oleh kerusuhan dan perang dagang AS-China.

Baca Juga: BNI Hong Kong promosikan investasi dan ekspor Indonesia

Lembaga kredit global Fitch memangkas rating Hong Kong sebanyak satu tingkat, menjadi AA dari AA +, dan menurunkan prospeknya dari stabil menjadi negatif pada September di tengah kebuntuan politik yang terus-menerus. Moody mengikuti langkah itu, menurunkan peringkat Hong Kong dari stabil menjadi negatif, dan mempertahankan peringkat kota di posisi Aa2.

Stephen Orlins, presiden Komite Nasional untuk Hubungan AS-China, mengatakan kepada South China Morning Post pada hari Minggu di selatan kota China Sanya, provinsi Hainan, bahwa kemerosotan ekonomi Hong Kong belum membuat dampak besar pada bisnis AS di kota tersebut. Akan tetapi, dia menambahkan, beberapa operasi bisnis sudah terkena dampaknya.

Baca Juga: Diplomat top China ingatkan Pompeo agar AS berhenti mencampuri urusan domestik China

“Hal-hal seperti penutupan bandara, ketidakmampuan karyawan mereka untuk menggunakan transportasi massal ke tempat kerja, demonstrasi yang mempengaruhi kemampuan mereka bekerja di Hong Kong, hal ini sudah pasti menyebabkan pebisnis Amerika mulai berpikir ulang soal investasi jangka panjang mereka di Hong Kong," tambah Orlins.

Dia juga bilang, "Dan itu adalah tragedi. Kedua belah pihak harus sama-sama mundur dan bertanya apa yang menjadi kepentingan utama rakyat Hong Kong dalam jangka panjang."




TERBARU

[X]
×