Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Nina Dwiantika
KONTAN.CO.ID - ATLANTA. Coca-Cola mengumumkan pergantian pucuk pimpinan yang akan berlaku mulai 31 Maret 2026. Henrique Braun, yang saat ini menjabat sebagai chief operating officer (COO), ditunjuk sebagai CEO baru menggantikan James Quincey. Keduanya merupakan figur lama di perusahaan, sama-sama bergabung sejak 1996.
Dalam laporan Reuters (11/12), Quincey yang telah memimpin Coca-Cola selama sembilan tahun, akan beralih ke posisi executive chairman setelah masa kepemimpinannya yang dianggap berhasil membawa perubahan besar bagi raksasa minuman asal Atlanta tersebut.
Selama memimpin Coca-Cola, Quincey mendorong transformasi besar agar perusahaan tidak hanya bertumpu pada produk soda. Di bawah arahannya, Coca-Cola memperkuat portofolio minuman yang lebih sehat, termasuk teh, air mineral, kopi, dan minuman olahraga.
Ia juga memperkenalkan kemasan kaleng kecil, memperluas lini produk rendah gula dan tanpa gula, serta membawa Coca-Cola masuk ke bisnis minuman beralkohol melalui kemitraan dengan Molson Coors dan Brown-Forman.
Dalam periode tersebut, Coca-Cola menambah lebih dari 10 merek dengan nilai penjualan miliaran dolar seperti BodyArmor, Fairlife, dan Topo Chico. Namun, Quincey juga mengambil langkah berat dengan memangkas portofolio merek, termasuk menutup Honest Tea, Tab, dan melepas Zico untuk fokus pada merek yang memiliki peluang pertumbuhan lebih besar.
Baca Juga: ZTE Terancam Denda Baru US$ 2 Miliar
Sederet tantangan
Meski prestasinya cukup solid, tantangan baru mulai muncul menjelang akhir kepemimpinan Quincey. Permintaan minuman Coca-Cola di Amerika Serikat dan Eropa dilaporkan melemah, sementara pengawasan konsumen terhadap komposisi dan kandungan gula semakin ketat.
Pada musim panas ini, Coca-Cola bahkan mengumumkan rencana untuk meluncurkan varian Cola dengan gula tebu setelah mendapat dorongan dari Presiden Donald Trump. Di sisi lain, perubahan preferensi konsumen global yang semakin menjauhi minuman bersoda juga menjadi tekanan tersendiri bagi perusahaan.
Masuknya Braun sebagai CEO baru dipandang sebagai babak lanjutan dari strategi transformasi Coca-Cola. Braun, 57 tahun, dianggap memiliki pemahaman mendalam mengenai pasar global karena pernah memegang berbagai posisi strategis di Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa, China, dan Korea Selatan.
Ia juga telah menangani berbagai fungsi mulai dari pengembangan bisnis, rantai pasok, pemasaran, inovasi, hingga operasional pembotolan. Latar belakang akademiknya pun cukup beragam, mulai dari teknik pertanian hingga MBA yang memperkuat rekam jejaknya dalam mengelola bisnis global.
Dewan direksi Coca-Cola menyatakan keyakinannya bahwa Braun mampu melanjutkan momentum pertumbuhan perusahaan. Dalam beberapa pernyataannya, Braun menegaskan komitmennya untuk mempercepat inovasi, memperluas penggunaan teknologi dalam operasional, serta mendekatkan perusahaan dengan kebutuhan konsumen di berbagai pasar.
Ia menilai dinamika pasar global yang berubah cepat justru memberikan peluang besar bagi Coca-Cola untuk berekspansi dan memperkuat posisi di kategori minuman yang terus berkembang.
Sejak Quincey mengambil posisi CEO pada 2017, harga saham Coca-Cola tercatat meningkat hampir 63%. Meski demikian, pergerakan saham perusahaan pada perdagangan setelah jam bursa terbaru tercatat cenderung datar.
Dengan pergantian pimpinan ini, pasar akan menunggu sejauh mana Braun mampu menjaga pertumbuhan bisnis inti sambil mendorong ekspansi ke kategori minuman yang lebih sehat dan berpotensi tinggi. Coca-Cola tengah berada pada fase penting untuk menentukan arah pertumbuhan jangka panjang di tengah perubahan besar perilaku konsumen global.
Baca Juga: Investor Prediksi IPO SpaceX Akan Jadi yang ‘Paling Gila’ dalam Sejarah Pasar Saham













