kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.341.000   -7.000   -0,30%
  • USD/IDR 16.725   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.414   -5,56   -0,07%
  • KOMPAS100 1.163   -1,38   -0,12%
  • LQ45 846   -2,34   -0,28%
  • ISSI 294   -0,29   -0,10%
  • IDX30 440   -1,80   -0,41%
  • IDXHIDIV20 510   -4,13   -0,80%
  • IDX80 131   -0,28   -0,21%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 141   -1,39   -0,98%

Damai atau Menyerah? Ukraina Diberi Ultimatum Trump–Putin


Senin, 24 November 2025 / 04:44 WIB
Damai atau Menyerah? Ukraina Diberi Ultimatum Trump–Putin
ILUSTRASI. Donald Trump dan Vladimir Putin menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky agar segera menyetujui proposal perdamaian mereka sebelum hari Kamis (27/11/2025). Sputnik/Gavriil Grigorov/Pool via REUTERS


Sumber: Telegraph | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Dalam pidato yang direkam di jalanan Kyiv, Zelensky menyebut situasi ini sebagai salah satu masa paling sulit dalam sejarah Ukraina.

“Sekarang adalah salah satu momen tersulit dalam sejarah kita,” katanya.

Ia menggambarkan pilihan ini sebagai keputusan antara “kehilangan martabat atau risiko kehilangan mitra utama.”

Sebelumnya, Zelensky menggelar panggilan darurat dengan pemimpin Inggris, Prancis, dan Jerman yang tengah berada di Afrika Selatan untuk agenda G20.

Sejumlah pejabat Eropa menyampaikan ketidaksiapan menghadapi agenda perundingan sepihak ini. Satu sumber Barat mengungkap bahwa negara-negara Eropa mengetahui isi proposal hanya melalui bocoran media.

Ironisnya, pada saat yang sama, para duta besar NATO sedang berada di Laplandia, Finlandia — menikmati sauna dan mencebur ke sungai es — saat isi kesepakatan dipublikasikan.

Menjelang pertemuan lanjutan, Jerman menegaskan bahwa garis kontak terakhir harus menjadi basis negosiasi, dan Ukraina harus tetap memiliki kemampuan mempertahankan kedaulatannya.

Prancis menambahkan bahwa keputusan apa pun harus disetujui bersama oleh negara-negara NATO dan Uni Eropa.

Inggris memilih berhati-hati dan tidak langsung mengecam rencana Amerika Serikat.

Tonton: Serangan Drone Ukraina Hancurkan Fasilitas Minyak Rusia

Juru bicara Perdana Menteri mengatakan:

“Semua keputusan terkait Ukraina harus ditentukan oleh Ukraina. Kita semua menginginkan perdamaian yang adil dan bertahan lama. Itu juga yang diinginkan Presiden Amerika. Jadi kita perlu bergerak menuju tujuan itu.”

Sementara itu, negara-negara Eropa Timur — yang paling dekat dengan potensi ancaman Rusia — menunjukkan penolakan keras.

Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk, mengatakan:

“Semua keputusan mengenai Polandia harus diputuskan oleh Polandia. Tidak boleh ada keputusan tentang Ukraina tanpa melibatkan Ukraina.”

Menteri luar negeri Estonia menegaskan bahwa perdamaian tidak bisa dicapai tanpa Ukraina dan Eropa di meja perundingan.

Mantan Menteri Luar Negeri Lithuania bahkan menyebut proposal itu sebagai “akhir dari akhir” untuk kedaulatan Eropa.

Bahkan Nigel Farage — yang dikenal dekat dengan Trump — menyatakan keberatan. Ia menilai permintaan agar Ukraina mengurangi separuh kekuatan militernya sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.


Kesimpulan

Proses diplomasi ini menggambarkan situasi geopolitik yang rumit: AS dan Rusia terlihat mencoba menentukan masa depan Ukraina tanpa melibatkan sepenuhnya sekutu Eropa. Proposal perdamaian tersebut cenderung lebih menguntungkan Rusia, sementara bagi Ukraina, penerimaannya bisa berarti kehilangan wilayah, kedaulatan militer, dan posisi tawarnya. Eropa tampak terkejut dan terpecah, sementara Ukraina berada di titik krisis: memilih bertahan dengan risiko hilangnya dukungan, atau menyetujui perjanjian yang bisa dianggap menyerah. Keputusan ini dapat menentukan peta keamanan Eropa untuk beberapa dekade ke depan.

Selanjutnya: Australia-Indonesia Trade Enters New Phase, Soaring Threefold!

Menarik Dibaca: Jadwal KRL Solo-Jogja pada 24-28 November 2025, Tandai Jamnya di Sini




TERBARU

[X]
×