kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.779   21,00   0,13%
  • IDX 6.369   106,29   1,70%
  • KOMPAS100 923   27,30   3,05%
  • LQ45 724   17,33   2,45%
  • ISSI 198   4,51   2,33%
  • IDX30 378   6,29   1,69%
  • IDXHIDIV20 458   7,62   1,69%
  • IDX80 105   3,28   3,22%
  • IDXV30 111   4,56   4,28%
  • IDXQ30 124   1,83   1,50%

Ekonomi Jerman Diprediksi Stagnan Bahkan Jika Trump Cabut Tarif Resiprokal


Kamis, 10 April 2025 / 21:46 WIB
Ekonomi Jerman Diprediksi Stagnan Bahkan Jika Trump Cabut Tarif Resiprokal
ILUSTRASI. Sebagai negara yang sangat bergantung pada ekspor, Jerman menjadi satu-satunya anggota G7 yang mengalami kontraksi ekonomi selama dua tahun berturut-turut. REUTERS/Fabian Bimmer


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BERLIN. Sejumlah lembaga ekonomi Jerman memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi negara itu pada tahun 2025 menjadi hanya 0,1%, jauh di bawah prediksi sebelumnya sebesar 0,8% pada September lalu.

Koreksi ini memperhitungkan dampak awal tarif impor Amerika Serikat terhadap baja, aluminium, dan mobil.

Sebagai negara yang sangat bergantung pada ekspor, Jerman menjadi satu-satunya anggota G7 yang mengalami kontraksi ekonomi selama dua tahun berturut-turut.

Baca Juga: Uni Eropa Tunda Balas Tarif AS, Setelah Donald Trump Melunak

Lembaga-lembaga tersebut memperingatkan bahwa tarif tambahan “resiprokal” yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada 2 April lalu—meskipun kini ditangguhkan selama 90 hari—tetap bisa memberikan pukulan berat terhadap ekonomi terbesar di Eropa.

“Pengumuman tarif saja sudah menyebabkan kerusakan besar,” ujar Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck, Kamis (10/4).

Ia menambahkan, hal tersebut mengguncang kepercayaan pelaku ekonomi dan mitra dagang, serta menciptakan kekacauan di pasar.

“Jika benar-benar diterapkan, dampaknya bisa sangat merugikan—terutama bagi AS sendiri,” katanya.

Tarif tersebut bisa menempatkan Jerman dalam jalur resesi selama tiga tahun berturut-turut—yang akan menjadi peristiwa pertama sejak Perang Dunia II.

Klaus Weyerstrass dari lembaga riset IHS berbasis di Wina mengatakan, kebijakan dagang Trump yang agresif telah membuat perekonomian global berada dalam kondisi tak menentu.

Baca Juga: Takut Dampak Kebijakan Trump, Jerman Siap Tarik Cadangan Emas 1.200 Ton di AS!

“Perubahan tarif bisa terjadi hampir setiap hari, menciptakan ketidakpastian kebijakan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya,” jelasnya.

Proyeksi baru ini mencakup tarif AS sebesar 25% atas impor baja, aluminium, dan mobil dari Uni Eropa—yang masih berlaku hingga kini.

Namun, proyeksi tersebut belum memperhitungkan tarif tambahan 20% terhadap barang-barang lain yang diumumkan pekan lalu dan kini ditangguhkan selama 90 hari.

Di sisi politik, kubu konservatif Jerman yang dipimpin Friedrich Merz mencapai kesepakatan koalisi dengan Partai Sosial Demokrat (SPD) untuk membangkitkan kembali pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah baru ini meluncurkan reformasi ekonomi dan pajak, termasuk dana infrastruktur sebesar €500 miliar dan pelonggaran aturan pinjaman untuk mendorong pertahanan dan pertumbuhan.

Lembaga riset memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Jerman pada 2026 akan mencapai 1,3%, sama seperti prediksi sebelumnya.

Baca Juga: Jerman Keluarkan Travel Advice untuk AS, Ini Pemicunya

Dana fiskal ini diperkirakan akan meningkatkan belanja pemerintah hingga €24 miliar pada 2026 dan menambah setengah poin persentase terhadap pertumbuhan ekonomi.

Namun, Torsten Schmidt dari RWI mengingatkan agar pemerintah menyalurkan dana secara bijak, terutama untuk sektor konstruksi sipil dan pertahanan.

“Pemerintah perlu memastikan dana itu benar-benar mendorong pertumbuhan ekonomi riil, bukan sekadar terserap dalam inflasi harga,” katanya.

Meski kekhawatiran terhadap deindustrialisasi meningkat, Presiden Bundesbank Joachim Nagel menilai industri Jerman masih dalam kondisi baik.

“Kalau melihat kinerja perusahaan-perusahaan di Jerman, hasilnya cukup menggembirakan,” ujar Nagel.

Namun, pelemahan ekonomi diperkirakan akan berdampak pada pasar tenaga kerja.

Baca Juga: Konglomerat Jerman Ini Raup Rp 152 Triliun Hasil Berinvestasi Tepat Waktu

Tingkat pengangguran diperkirakan naik menjadi 6,3% pada tahun ini, dari 6,0% pada 2024, dan baru turun sedikit menjadi 6,2% pada 2026.

Sementara itu, inflasi diperkirakan berada di kisaran 2,2% pada 2025 dan turun ke 2,1% di tahun 2026.

Kementerian Ekonomi Jerman akan menggunakan estimasi gabungan dari lima lembaga ekonomi besar—yaitu Ifo, DIW, IWH, IfW, dan RWI—sebagai dasar prediksi resminya.

Selanjutnya: Jasa Marga Catat 2 Juta Kendaraan Kembali ke Jabotabek H1 hingga H+8 Libur Idulfitri

Menarik Dibaca: Cara Mengatasi Biang Keringat pada Bayi, Begini Cara Mencegahnya



TERBARU

[X]
×