Sumber: Forbes | Editor: Noverius Laoli
Begitu terpasang dan menyebar, jaringan ini menjadi infrastruktur yang tak lagi bisa dipisahkan dari aktivitas industri, pemerintahan, hingga pertahanan.
Sejarah menunjukkan kekayaan terbesar lahir dari penguasaan infrastruktur: rel kereta yang membuka akses perdagangan dan listrik yang mengubah kehidupan manusia. Starlink memiliki karakter yang serupa, tetapi bergerak dalam skala global dan ritme teknologi digital.
Telekomunikasi merupakan industri raksasa dengan pendapatan berulang. Jika Starlink terus berkembang menjadi layanan yang digunakan lintas sektor—dari rumah tangga hingga militer, kekuatan ekonominya akan terkonsolidasi dalam jangka panjang.
Baca Juga: Elon Musk Bersiap Bawa SpaceX Go Publik, IPO Diproyeksi Capai US$25 Miliar
Di sanalah prediksi Musk bakal menjadi triliuner pertama di dunia menemukan alasannya.
Perusahaan telekomunikasi lama terjebak pada regulasi dan modal besar yang sudah terlanjur ditanam. Starlink justru tumbuh dari fisika, manufaktur, dan pembaruan software, area yang selama ini menjadi keunggulan Musk. Ketimpangan strategi itu membuat persaingan menjadi tidak seimbang.
Ini bukan lagi perang harga atau layanan. Ini perubahan struktur industri.
Keunggulan Musk bukan hanya soal kekayaan, tetapi kecakapan membaca masa depan infrastruktur global. Ia membangun sistem yang membuat dunia bergantung padanya. Saat itu terjadi, sejarah menunjukkan hasilnya jarang setengah-setengah.
Baca Juga: Elon Musk Bocorkan Rahasia Gedung Putih, Siapa yang Akan Berkuasa setelah Era Trump?
Kecepatan memberikan keunggulan awal. Skala menjadikannya bertahan. Penguasaan infrastruktur membuatnya permanen.
Elon Musk tampaknya tidak sedang bermain dalam pasar yang sama dengan para pesaingnya. Ia menciptakan permainan baru. Dan Starlink menjadi kunci yang membuat masa depan strategi itu terlihat semakin jelas.













