Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (28/2), mengerek tingkat risiko global dari virus corona baru ke level tertinggi. Peningkatan kasus yang terus-menerus dan negara-negara yang terkena dampak "jelas menjadi perhatian".
"Kami sekarang telah meningkatkan penilaian kami tentang risiko penyebaran dan risiko dampak Covid-19 ke level sangat tinggi di tingkat global," kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan di Jenewa, Swiss, seperti dikutip Channelnewsasia.com.
Meski begitu, "Kami belum melihat bukti virus (corona baru) itu menyebar bebas di masyarakat. Selama itu yang terjadi, kita masih memiliki peluang untuk membendung (penyebaran) virus ini," ujar Tedros.
Baca Juga: Gara-gara abaikan saran WHO, Italia jadi pusat wabah virus corona di Eropa
"Kunci untuk membendung virus ini adalah memutus rantai penularan," ungkap Tedros yang menekankan pentingnya setiap individu di seluruh negara mengambil tindakan pencegahan untuk menghentikan penularan virus corona.
"Musuh terbesar kita bukanlah virus itu sendiri, tapi ketakutan, rumor, dan stigma. Dan, aset terbesar kita adalah fakta, alasan, dan solidaritas," sebut Tedros.
Saat ini, menurut Tedros, lebih dari 20 vaksin sedang dikembangkan secara global dan beberapa pengobatan dalam uji klinis dengan hasil yang diharapkan keluar "dalam beberapa minggu" ke depan.
Baca Juga: Meski hubungan kurang harmonis, Jepang & China sepakat kongsi memerangi virus corona
Meski WHO menaikkan tingkat risiko ke level tertinggi, Michael Ryan, Kepala Program Kedaruratan Kesehatan WHO, menambahkan, itu "tidak membantu" jika menanyakan apakah wabah virus corona sekarang bisa dianggap sebagai pandemi.
"Jika WHO menyebutnya pandemi, kami pada dasarnya menerima bahwa setiap manusia di planet ini akan terkena virus itu. Tapi, data tidak menunjukkan itu," katanya seperti dilansir Channelnewsasia.com.
"Jika kita tidak mengambil tindakan apa pun, (pandemi) itu mungkin masa depan yang harus kita alami," kata Ryan seraya menambahkan, "Masa depan epidemi (virus corona baru) ini ada di tangan kita sendiri".